Kamis, 21 April 2011

MENINJAU KEMBALI KENETRALAN METODE SKEPTISISME RENE DESCARTES

MENINJAU KEMBALI KENETRALAN METODE SKEPTISISME RENE DESCARTES



A.    Latar Belakang Masalah
            Masa pemikiran Barat-Modern, diawali dengan munculnya Renaissance sekitar abad ke-15 dan 16. Maksud pokok yang terpenting dari Renaissance adalah upaya melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani kuno.[1] Usaha demikian merupakan jalan keluar sekaligus jawaban atas problem kebudayaan Barat-tradisional dan Kristiani yang berkembang masa itu.
            Problem besar masa Renaissance adalah sebagaimana masa skolastik, yakni sintesa antara agama dan filsafat dengan arah yang berbeda.[2] Pada masa ini muncul kembali pemikiran Plato dan kaum Stoa yang dipahami (diintrepretasikan) dengan cara-cara yang baru.

RIWAYAT DAN PEMIKIRAN St. AUGUSTINUS

RIWAYAT DAN PEMIKIRAN St. AUGUSTINUS



A.    Pendahuluan
Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M sebagai putra seorang ibu yang saleh yaitu Momika.[1] Ayahnya bernama Patricius, seorang tuan tanah kecil dan anggota dewan kota yang kurang taat beragama hingga menjelang akhir hayatnya. Augustinus dididik dan dibesarkan secara Kristen kendatipun karena adat istiadat yang berlaku pada masa itu, ia tidak dibaptiskan ketika masih bayi.[2]
Dampak dari modifikasi Paulus, ekspansi teritorial, domestikasi dan terkooptasinya ajaran-ajaran Yesus Kristus oleh struktur kekuasaan imperium Romawi, maka doktrin-doktrin Kristiani setelah abad V M tidak lagi sekadar berwatak teologis, tetapi juga politis. Kesadaran, keagamaan para pengikut Kristus dengan terjadinya perubahan watak agama itu kerap mendampakkan sosoknya lebih politis. Ajaran Kristen sebagaimana telah dikemukakan dalam tulisan terdahulu terpolitisasi menjadi sebuah agama resmi Imperium Romawi. Agama yang dahulunya merupakan agama jelata, agama populis, karena dalam banyak sisinya tertransformasi menjadi para kaisar agama kaum elite dengan segala implikasinya.

Zeno

ZENO Sang Matematikawan Bengal Pencipta Banyak Paradoks
Tujuan kehidupan adalah hidup selaras dengan alam”
(“The goal of life is living in agreement with nature.”)


A.    Latar belakang
Pemikiran Zeno sangat dipengaruhi oleh gurunya. Parmenides menolak faham pluralisme dan realitas dalam berbagai macam perubahan: baginya segala sesuatu tidak dapat dibagi, realitas tidak berubah, dan hal-hal yang tampak dan berbeda hanyalah ilusi belaka, sehingga dapat dibantah dengan argumen/alasan. Tidak perlu disangsikan lagi, faham ini mendapat banyak kritikan tajam. Tanggapan terhadap kritik Zeno memicu sesuatu yang lebih nyata, namun mampu memberi dampak mendalam bagi filsafat Yunani bahkan sampai saat ini. Zeno berusaha menunjukkan bahwa suatu kemustahilan diikuti oleh logika dari pandangan Parmenides. Segala sesuatu dapat menjadi sangat kecil atau menjadi sangat besar. Paradoks ini sebagai bukti kontradiksi atau kemustahilan akibat asumsi-asumsi yang (tampak) masuk akal. Apabila dilihat lebih dalam maka paradoks mengarah kepada target spesifik yaitu menyangkut lebih atau kurang: pandangan orang atau aliran pemikiran tertentu. Zeno lewat paradoks berusaha menyatakan bahwa alam semesta ini tidak berubah dan tidak bergerak.
Mencoba menyingkap siapa yang menjadi target serangan Zeno relatif lebih mudah daripada mencoba memecahkan paradoksnya. Tahun kelahiran Zeno, menunjuk bahwa dunia remajanya dipenuhi dengan pandangan Pythagoras (580 – 475 SM) dan para pengikutnya (pythagorean). Tampaknya doktrin Pythagorean mau diserang Zeno, meskipun dugaan ini masih terlampau dini untuk disebut karena topik ini masih menjadi ajang perdebatan sampai sekarang.

RIWAYAT ARISTOTELES DAN PEMIKIRANNYA

RIWAYAT ARISTOTELES DAN PEMIKIRANNYA


A.    Pendahuluan
Salah satu filosuf yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan sendi-sendi pertama rasionalitas Barat adalah Aristoteles, yang merupakan murid Plato. Meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan pandangan, tetapi Aristoteles dianggap sebagai murid yang mewarisi pemikiran-pemikiran gurunya, dan dianggap sebagai salah satu tokoh penggerak zaman.
Dia juga dianggap sebagai peletak tonggak dasar dalam sejarah pemikiran Barat. Bahkan Michael H. Hart menilai bahwa Aristoteles adalah seorang filosuf dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau. Dia memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan. [1]

Muhammad Abduh

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berbicara mengenai Muhammad Abduh sangatlah melarik karena dari perjalanan yang diperoleh, mendorong Abduh memilih bidang pendidikan sebagai media pengabdian ilmunya dan sebagai tempatnya melontarkan ide-ide pembaharuannya. Dalam melihat dinamika dan wacana yag digagasnya Dalam pandangan Abduh, ia melihat bahwa semenjak masa kemunduran Islam, system pendidikan yang berlaku di seluruh dunia Islam lebih banyak dampak negative dalam dunia pendidikan. System madrasah lama akan menghasilkan ilmu pengetahuan modern., sedangkan sekolah pemerintah mengeluarkan tenaga ahli yang tidak mempunyai visi dan wawasan keagamaan.
Dengan melakukan lintas disiplin ilmu antara kurikulum madrasah dan sekolah, maka jurang pemisah antara golongan ulama dan ilmuwan modern akan dapat diperkecil. Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan al-Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq, Dimyat, dan Iskandariyah. Abduh berharap, melalui upayanya melakukan pembaharuan di lembaga pendidikan al-Azhar, maka pendidikan di dunia Islam akan mengikutinya.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)


A.    Pendahuluan
  1. Latar Belakang
Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan oranisasi.
MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manegement), dan bahkan juga dikenal dengan school site management atau manajemen yang bermarkas di sekolah.
Istilah-istilah tersebut memang mempunyai pengertian dengan penekanan yang sedikit berbeda. Namun, nama-nama tersebut memiliki roh yang sama, yakni sekolah diharapkan dapat menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan manajemen sekolahnya, khususnya dalam penggunakaan 3M-nya, yakni man, money, dan material.
Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan SMP menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Tujuan utama adalah untuk mengembangkan rosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan. Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan, Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.

TIPE KEPEMIMPINAN

A.      Pendahuluan
1.     Latar Belakang
Seseorang pemimpin harus memilki keahlian manajerial dan memahami hal-hal yang sifatnya taknis agar memudahkan ia mengarahkan dan membina anak buahnya. Ia harus memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kepiawaian berintraksi, membangun relasi, dan bersosialisasi, sehingga kepemimpinannya berjalan efektif. Ia juga harus memiliki human relation skill. Keterampilan berhubungan dengan orang lain, yaitu pandai membuat relasi baru dan berinteraksi dengan seluruh anak buahnya dan dengan lingkungan sekitarnya
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi. Hasil penelitian seorang pakar komunikasi menyimpulkan bahwa sekitar 75%- 90% waktu kerja digunakan pimpinan atau manajer untuk berkomunikasi. Jika dua orang atau lebih bekerjasama, maka perlu adanya komunikasi antar mereka. Makin baik komunikasi mereka, makin baik pula kemungkinan kerjasama mereka. Komunikasi yang efektif menuntut rasa saling: menghormati, percaya, terbuka, dan tanggung jawab. Leader atau manajer menyampaikan semua fungsi manajemen dan tugas manajemen melalui saluran komunikasi. Leader atau manajer melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian semuanya melalui komunikasi kepada bawahannya. Demikian juga pemberian tugas-tugas seperti administrasi: (a) peserta didik, (b) tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, (c) keuangan, (d) sarana dan prasarana, (e) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (f) layanan-layanan khusus juga dilakukan melalui komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi dalam rangka membina hubungan sosial. Perusahaan besar Rockefeler di Amerika Serikat memberikan bonus khusus bagi pegawainya yang mempunyai kelebihan dalam berkomunikasi

FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

            Manusia diciptakan dengan berbagai potensi baik bakat, minat, kreativitas yang unik serta dinamis. Hal ini tentunya tidak akan berkembang secara sempurna tanpa dibarengi dengan mutu pendidikan yang baik yang dapat menunjang perkembangan peserta didik itu sendiri. Baik pendidikan itu bersifat formal, non-formal, dan in-formal yang jelas kesemua itu membawa perubahan yang baik atau positif untuk perkembangan peserta didik pada umumnya. Disinilah fungsi pendidikan islam untuk memberikan sumbangsihnya untuk mempersiapkan individu yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berfikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi yang tinggi atau besar terhadap yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa tulisan dan lisan, serta memiliki beberapa keterampilan. Baik dilaksanakan melalui pendidikan formal, non formal, dan in formal. Yang telah kita tahu bahwa pendidikan mencangkup aspek yang sangat luas baik itu dengan lingkungan dan sesama, seperti adat minangkabau menyebutkan “alam takambang jadi guru” (Alam terkembang menjadi guru).

              
Oleh karena itu, kami ingin membahas lebih jauh mengenai hal ini guna mendapatkan pemahaman yang benar terhadap funsi pendidikan islam . Dengan judul fungsi pendidikan islam, dengan makalah yang singkat ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Berpijak pada pepatah lama yang mengatakan tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada finis dalam menuntut ilmu sampai hayat menjemput, guna mensempurnakan makalah yang singkat ini tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar tersempurnanya makalah yang sederhana ini.

PENGERTIAN, MANFAAT PERENCANAAN PENGAJARAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

            Kita berbicara mengenai pengertian, manfaat Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran dalam rangka mempermudah dalam menjalankan atau mengemban tugas guru itu sendiri. Hal ini berguna yakni agar tidak terjadi kekacauan dalam masalah menjalankan tugasnya sebagai guru. Rencana atau perencanaan adalah suatu pedoman untuk dilaksanakan dimasa yang akan datang agar tercipta sesuatu yang optimal atau sesuai dengan apa yang diinginkan tentunya hal ini tidak lepas dari penyusunan program pengajaran yang baik dan tentunya tidak lepas dari kompetensi atau kemampuan dari seorang guru. Kemampuan atau kompetensi guru harus memperlihatkan prilaku yang memungkinkan mereka yang menjalankan tugas profesional dengan cara yang paling diingini, tidak sekedar menjalankan kegiatan pendidikan bersifat rutinitas.

KONSEP HAK DALAM ISLAM

KONSEP HAK DALAM ISLAM

A.                Asal-usul hak

Setiap manusia hidup bermasyarakat, saling tolong-menolong dalam menghadapi            berbagai macam persoalan untuk menutupi kebutuahan antara yang satu dengan yang lain. Ketergantungan seseorang kepada yang lain dirasakan ketika manusia itu lahir. Setelah dewasa, manusia tidak ada serba bisa. Seseorang hanya ahli dalam bidang tertentu saja, seperti seorang petani mampu (dapat) mananam ketela pohon dan padi dengan baik, tetapi dia tidak mampu mambuat cangkul. Jadi, petani mempunyai ketergantungan kepda seorang ahli pandai besi yang pandai membuat cangkul, juga sebaliknya, orang yang ahli dalam pandai besi tidak sempat mananam padi, padahal makannan pokoknya adalah beras. Jadi seorang yang ahli dalam pandai besi memiliki ketergantungan kepada petani.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi pertentangan-pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-masing, perlu ada aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar manusia itu tidak melangggar dan memperkosa hak-hak orang lain. Maka, timbullah hak dan kewajiban diantara sesame manusia.

KEWAJIBAN BELAJAR-MENGAJAR DALAM AL-QUR’AN

KEWAJIBAN BELAJAR-MENGAJAR DALAM AL-QUR’AN

A.    PENDAHULUAN
1. Latar Belakang             
  Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.

KEWAJIBAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

KEWAJIBAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

A.    PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul Wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan itu saja, Al-Qur’an itu adalah Kitab Suci yang paling penghabisan diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat di dalam Kitab-kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta untuk mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Setiap Mu’min harus yakin, bahwa membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Sebab, yang dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-Qur’an adalah bacaan yang paling baik bagi seorang Mu’min. Baik dikala senang maupun susah, di kala gembira ataupun sedih. Malahan membaca Al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.

ISLAM DAN TAMADDUN MELAYU PADA MASA KERAJAAN MALAKA

ISLAM DAN TAMADDUN MELAYU PADA MASA KERAJAAN MALAKA


A.    Pendahuluan
Pembahasan tentang kerajaan Malaka sangatlah menarik karena membahas kerajaan yang cukup tenar di bumi melayu khususnya di riau bahkan di negeri seberang (Malaisia dan singapura). Kerajaan malaka ini di dirikan  oleh Parameswara, seorang raja keturunan Sriwijaya yang melarikan diri setelah kerajaan Sriwijaya runtuh.[1]dan pada awalnya Melaka bukanlah sebuah kerajaan islam, Melaka berubah menjadi kerajaan islam pada tahun 1409.[2] apabila Parameswara menikah dengan puteri dari pasai dan ia masuk islam. Ia mewarisi kepandaian politik dan karisma yang besar sehingga di waktu pelariannya itu, ia masih mendapat penghormatan dan dukungan dari tempat-tempat yang ia lalui. Setelah diusir dari Palemban
Parameswara pergi ke Tumasik (Singapura) dan berhasil membunuh rajanya. Ia menjadi raja di sana untuk beberapa tahun sebelum  mendirikan Malaka. Tome Pires mengatakan ini menjadi pengalaman dan intrik politik secara alami untuk akhirnya bisa menjadi seorang penggagas sebuah kerajaan.[3]
Dan kerjaan malaka mengalami kemajuan atau kegemilangan pada kemuncak zaman kegemilangannya. Pada tahun 1459, Sultan Mansur Shah (1459 - 1477) menaiki takhta dan Pemerintahan Sultan Mahmud Shah juga mengalami rancangan jahat dan ketidakadilan. Beliau bukan seorang raja yang cakap, akan tetapi beliau juga seorang korban keadaan. Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih muda. Oleh karena itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugis pada awal abad ke-16 sedang melancarkan imperialisme ke luar negeri. Malaka ditaklukan oleh Portugis pada 24 Agustus 1511.

Pengaruh kelompok sebaya

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kita berbicara mengenai kelompok sebaya dan sosialisasi sangatlah menarik. Mengapa ?, karena kita akan mengetahui sejauh mana pengaruh teman sebaya kita terhadap perkembangan kepribadian dan mobilitas sosial suatu masyarakat. Yang telah kita ketahui bahwa Kelompok sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan individu. Terpengaruhnya tidaknya individu dengan teman sebaya tergantung pada persepsi individu terhadap kelompoknya, sebab persepsi individu terhadap kelompok sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil nantinya.
Sedangkan Proses membimbing individu ke dalam dunia sosial disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan.

Hadist Tujuan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Mengingat pentingnya hadis yakni sebagai pedoman dalam pelaksanaan aktivitas kita dalam sehari-hari atau sebagai hukum dalam penentuan suatu kebijakan yang akan diambil baik itu dalam pembuatan kurikulum guna tercapainya tujuan pendidikan yang terintegrasi secara baik yakni menciptakan manusia secara utuh. Tujuan pendidikan itu seyogyanya harus menawarkan sebuah system yang benar-benar dapat mengembangkan semua fakulti-fakulti yang ada dalam diri manusia.
Tentunya dalam pengembangan itu ada aspek-aspek yang harus benar-benar dikembangkan, dan kesemua itu harus seimbang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan. Dengan alasan inilah kami ingin mengetahui bagaimana kaitannya atau peranan hadis dalam tujuan pendidikan islam agar kedepannya tidak terjadi kebingungan dan tentunya penulisan ini sebagai salah satu tuntan tugas.

KENAKALAH REMAJA

KENAKALAH REMAJA


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Fase Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan  matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi remaja awal. remaja madya, dan remaja akhir. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (Dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (Indepedence), minat-minat seksual. perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang.  Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui  jalur tersebut berarti telah menyimpang.

PSIKOLOGI HUMANISTIK MENURUT MASLOW

PSIKOLOGI HUMANISTIK MENURUT MASLOW


I.     Pendahuluan
Perkembangan aliran-aliran behaviorisme dan psikoanalisis yang sangat pesat di Amerika sangat merisaukan beberapa pakar psikologi  dinegara itu. Mereka melihat bahwa kedua aliran itu memandang manusia tidak lebih dari kumpulan reflex ( behaviorisme ) atau kumpulan naluri saja ( psikonaalisis ). Mereka juga menganggap bahwa kedua alirran itu memandang manusia sebagai mahkluk yang sudah ditentukan nasibnya ( determinisme ) yaitu oleh sitimulus( behaviorisme) atau oleh alam ketidaksadaran ( psikonalisis).dan yang tak kalah penting, merek berkesimpulan bahwa kedua aliran itu menganggap manusia sebagai robot ( behaviorisme) atau sebagai mahkluk yang pesimistik dan penuh masalah ( psikonalisis).
Apakah orang menghargai kebijaksanaan,kreativitas,pemahaman,dan persatuan,atau apakah mereka lebih memilih makanan, minuman, dan sex? Psikologi humanistic tidak bias  menyangkal pentingnya insting dasar,karena bagaimanapun juga manusia adalah binatang.tetapi manusia lebih dari sekedar binatang.oleh Karena itu,banyak ahli teori dibidang ini membicarakan mengenai aspek dasar manusia-biologis ,social, dan ppemenuhan diri atau personal ( Frankl,1962;Maddi,1970 ). Bagi kehidupan seseorang ,dijauhkan dari hubungan pertemanan atau pemaknaan sama menyeramkan dan fatalnya dengan tidak mendapatkan makanan.

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY


I.         PENDAHULUAN
Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. pendekatan  Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandanagan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.
Penulis memilih  REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para mahasiswa untuk berfikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari konseling. REBT terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan didalam makalah ini, yakni pendekatan-pendekatan psiko analitik, eksistensial-humanistik, client centered dan gestal. REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tinngkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. REBT sangat didaktif dan sangat direktif serta lebih banyak  berurusan dengan dimensi-dimensi fikiran dari pada dengan dimensi-dimensi perasaan.
Dengan mengingat hal itu, kami dari penulis ingin mengupas teori REBT lebih mendalam. Namun kami tetap memahami bahwa dalam penulisan ini banyak mempunyai kekurangan oleh karenanya kami tetap mengharap kritik dan saran dari semua pihak.

PROBLEMATIKA BIMBINGAN DAN KONSELING

PROBLEMATIKA BIMBINGAN DAN KONSELING

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Dan sudah menjadi keniscayaan apabila dijumpai problematika yang mewarnai proses pelaksanaan yang melibatkan banyak hal. Akan tetapi dalam hal ini hanya akan dibahas problematika atau permasalahan yang menyangkut: kelembagaan/bimbingan dan konseling itu sendiri, peserta didik (konseli/lee) dan konselor.

MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

            Manajemen berasal dari bahasa inggris yang artinya direksi, pimpinan, ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Sedangkan dalam kamus bahasa indonesia pengetian manajemen secara umum adalah proses pemanfaatan sumber daya secara efisiensi.