PEMBELAJARAN KONSELING DENGAN PROGRAM COMIC LIFE TEACHING COUNSELING THROUGH COMIC LIFE SOFTWARE
Eka Wahyuni, S. Pd., MAAPD
Dra. Gantina Komalasari, M. Psi
Abstract: Teaching counselling requires considerable effort to make students comprehend better its theories dan techniques. The study investigates creation of comic with Comic Life software to enhance students’ comprehension of behavioural counselling techniques. The study used classroom action reasearch which targeted Guidance and Counseling student who participate in Individual Counseling subject in State University of Jakarta. The study indicated that learning behavioural counselling techniques through creation of comic with Comic Life software brought better comprehension and better motivation among students.
Keywords: behavioural counselling techniques, Comic Life, scenario
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Keterampilan konseling merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling. Berdasarkan PP Mendiknas No. 27 tahun 2008, yaitu menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling. Kompetensi ini dikembangkan dalam mata kuliah konseling individual. Mata kuliah konseling individual merupakan mata kuliah inti di jurusan bimbingan konseling. Mata kuliah ini menuntut mahasiswa memiliki pemahaman yang komprehensif tentang teori dan praktek berbagai pendekatan konseling, termasuk di dalamnya adalah teknik-teknik konseling.
Pada kenyataannya, pemahaman mahasiswa masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini diungkapkan oleh mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah konseling individual. Sebagian besar dari mahasiswa mengatakan bahwa mereka masih belum memahami dan dapat mempraktekkan teknik-teknik konseling. Hal ini disebabkan karena banyaknya teknik konseling yang harus dipahami sehingga mereka cenderung untuk menfokuskan pada teknik tertentu saja. Penyebab lainnya adalah cara dosen menjelaskan terkadang berbelit-belit, kurangnya waktu yang tersedia untuk membahas dan mempraktekan teknik-teknik tersebut. Di samping itu, metode pembelajaran terbatas pada ceramah, tanya jawab, diskusi dan simulasi. Sehingga pengalaman belajar yang didapatkan mahasiswa tidak bervariasi dan mengakibatkan mereka merasa belum cukup memahami dan dapat mempraktekkan teknik-teknik konseling. Selain itu, media yang digunakan dalam pembelajaran konseling individual terbatas pada media konvensional seperti LCD dan OHP.
Sebagai alternatif untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling, pembuatan komik merupakan media yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa Dalam pembuatan komik, mahasiswa mencari kasus yang cocok digunakan untuk pengembangan skenario. Setelah itu mahasiswa membuat skenario teknik-teknik konseling behavioral beserta dengan respon-respon konselor yang tepat untuk teknik tersebut. Kemudian, mahasiswa menterjemahkan skenario yang telah dibuat dalam bentuk visual. Hal ini memberikan pengalaman mahasiswa untuk menampilkan dan mengasosiasikan bahasa konseling non verbal dan verbal bagi calon konselor.
Penggunaan program Comic Life memberikan alternatif pembelajaran yang menarik bagi mahasiswa dan mengakomodasi berbagai gaya belajar. Gardner mengatakan bahwa anak yang belajar dengan menggunakan berbagai modalitas belajar. Hutchinson (1949) melakukan eksperimen dalam kurikulum sekolah yang dinamakan Puck - the Comic Weekly, menemukan bahwa 74% dari guru yang disurvey mengatakan bahwa komik memotivasi siswa untuk belajar, 79% mengatakan bahwa komik meningkatkan partisipasi individual dan hanya satu orang guru yang mengeluh dengan mengatakan bahwa proses pembelajarannya menjadi terlalu mudah (Hutchinson, 1949, p. 244 dalam Yang, 2003). Untuk itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian action research dengan menggunakan program Comic Life dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioral. Dalam penyusunan skenario komik, mahasiswa mengembangkan dialog konseling yang melatih mahasiswa tentang respon-respon konselor secara lebih terstruktur. Kegiatan ini akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih komprehensif. Proses pembuatan komik teknik-teknik konseling menggunakan program Comic Life. Program ini merupakan program yang dapat mempermudah mahasiswa yang tidak memiliki keterampilan menggambar dengan menggantinya dengan foto.
Berdasarkan latar belakang di atas, secara operasional permasalahan penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: pembuatan komik dengan program Comic Life dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioral.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan Komik dengan program Comic Life
1. Definisi Komik
Menurut Scott McCloud (1993), komik (comics) adalah menempatkan dan menggabungkan gambar dan bentuk visual lainnya dalam kesatuan yang berkesinambungan yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah informasi (dalam Yang, 2003).
2. Penggunaan komik dalam pendidikan
Potensi penggunaan komik dalam pendidikan belum banyak dieksplorasi, tidak seperti bentuk media lainnya seperti film dan musik. Komik pertama kali digunakan dalam dunia pendidikan pada tahun 1933 seiring dengan berkembangnya komik modern (Yang, 2003). Sidonie Gruenberg memandang komik memiliki kekuatan dalam pendidikan. Komik merupakan representasi media visual yang mengandung nilai pendidikan. Akan tetapi komik juga dianggap berbahaya karena mengandung banyak adegan kekerasan, dan tidak merangsang anak untuk membaca seperti yang dikemukakan oleh Fredric Wertham. (Wright, 2001, p. 162 dalam Yang, 2003). Pada saat ini komik mulai kembali digunakan sebagai media pembelajaran. Sebagai contoh Rocco Versaci (2001) menggunakan komik sebagai media untuk merangsang mahasiswa untuk berpikir kritis dalam bidang literature. Selanjutnya James Kakalios (2001) mempopulerkan fisika melalui komik yang berjudul "Science in Comic Books." Sekarang, komik yang mengandung informasi yang mendidik banyak ditemui (Yang, 2003). Komik sudah digunakan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Mulai dari sebagai media bacaan hingga pembuatan komik. The National Association of Comics Art Educators mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan komik merangsang anak untuk berpikir kreatif (Wax, 2002 dalam Yang, 2003).
3. Kelebihan komik dalam pembelajaran
Penggunaan komik dalam pendidikan memiliki berbagai kelebihan, Pertama, komik meningkatkan motivasi siswa. Hutchinson (1949) melakukan eksperimen dalam kurikulum sekolah yang dinamakan Puck - the Comic Weekly, menemukan bahwa 74% dari guru yang disurvey mengatakan bahwa komik memotivasi siswa untuk belajar, 79% mengatakan bahwa komik meningkatkan partisipasi individual dan hanya satu orang guru yang mengeluh dengan mengatakan bahwa proses pembelajarannya menjadi terlalu mudah (Hutchinson, 1949, p. 244 dalam Yang, 2003).
Kedua, komik membantu visualisasi proses pembelajaran. Dalam komik, gambar dan teks memiliki kekuatan yang seimbang dalam memberikan informasi urutan kesinambungan skenario cerita. Versaci (2001) mengatakan bahwa komik dapat menghasilkan intimasi dan hubungan emosional antara siswa dan karakter dalam cerita komik (Yang, 2003). Hal ini dibutuhkan oleh mahasiswa yang sedang mempelajari teknik konseling. Kedekatan mahasiswa dengan tokoh konselor dalam komik memberikan pengalaman belajar yang mendalam terutama dalam membentuk pribadi mahasiswa sebagai calon konselor. Selain itu, identifikasi sebagai klien dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melakukan self-healing.
Ketiga, komik memberikan hasil belajar yang lebih permanen. Hal ini disebabkan karena komik memberikan waktu kepada pembuat dan pembaca untuk memperhatikan secara detail gambar dan teks yang ada dalam cerita. Berbeda dengan media visual yang bergerak seperti film, komik memberikan waktu yang cukup bagi pembaca untuk mengeksplorasi gambar dan teks secara lebih detail. Dengan demikian, informasi yang disampaikan melalui komik dapat diingat secara lebih lama (visual permanence) (Yang, 2003). Selain itu, komik mengandung seluruh kompleksitas belajar. Pembuat komik dituntut untuk menggunakan kemampuan verbal, kemampuan spasial dan kreativitas dalam proses pembuatan komik. Hal ini terlihat dari proses penulisan skenario yaitu mahasiswa diharapkan dapat mengkode dan memahami bahasa, methapora, simbolisasi, kerangka pikir, dan struktur narasi. Selain itu, mahasiswa dituntut untuk menggabungkan gambar dan teks yang sesuai, pemilihan gambar, bentuk halaman, layout dan tulisan, menuntut kemampuan spasial dan kreativitas untuk dapat menghasilkan komik yang menarik (Marx, 2007; Thaker 2007).
Keempat, pembuatan komik dengan program Comic Life dapat merangsang mahasiswa untuk membuat laporan konseling yang menarik. Dengan komik, mahasiswa dapat menggambarkan cerita konseling dengan berbagai karekter secara lebih hidup dari pada sekedar tugas biasa (Thaker 2007). Selain itu komik yang dihasilkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa lain yang mengambil mata kuliah konseling individual.
Program Comic Life
1. Pengertian program Comic Life
Program Comic Life adalah program aplikasi yang memenangkan penghargaan untuk mengkreasikan komik, karena program ini juga dapat menghasilkan berbagai gambar, foto, kartu, dan sebagainya. Comic life mempermudah pengguna untuk membuat layout halaman dengan menggunakan templates yang telah tersedia. Templates tersebut berupa kotak-kotak untuk menempatkan gambar dan foto serta bentuk-bentuk teks dengan berbagai pilihan. Comic Life mudah untuk digunakan mahasiswa. Comic Life dapat menggunakan berbagai format gambar seperti: HTML, images, iPhoto Album, dan QuickTime. Selain itu, software Comic Life tersedia secara gratis di internet, sehingga mahasiswa tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk belajar membuat komik.
Tampilan Program Comic Life
2. Proses pembuatan komik dengan Comic Life
Proses pembuatan komik dengan program Comic Life mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat skenario komik.
Skenario merupakan jantung proses pembuatan komik karena skenario yang memberikan arah pembuatan cerita komik. Dalam proses pembuatan skenario terdapat beberapa istilah yang penting diperhatikan, yaitu:
1) Plot
2) Halaman
3) Jendela
4) Emosi
Adapun langkah-langkah pembuatan skenario komik konseling adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa bersama dengan dosen berdiskusi untuk menentukan masalah konseling yang akan dijadikan cerita
2) Mahasiswa bersama dengan dosen berdiskusi untuk menentukan teknik konseling yang akan dipilih untuk menyelesaikan masalah pada cerita konseling
3) Mahasiswa secara berkelompok membuat langkah-langkah konseling behavioral yang telah diintegrasikan dengan teknik konseling yang telah dipilih
4) Mahasiswa secara berkelompok membuat dialog konseling dengan menggunakan respon-respon konseling behavioral dengan menggunakan teknik yang telah dipilih
5) Menterjemahkan skenario komik ke dalam gambar komik.
Pemahaman teknik-teknik konseling behavioral
1. Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu bagian dalam taksonomi Bloom. Menurut Bloom, pemahaman (comprehension) adalah tahap kedua dalam proses belajar. Pemahaman berarti memahami arti, mengulangi kembali penjelasan dengan kalimat sendiri, menginterpretasi, melakukan ekstrapolasi, dan menterjemahkan (Chapman, 2006). Proses pemahaman dimanifestasikan melalui kegiatan menjelaskan dan menginterpretasi makna dari konsep atau skenario, memberikan saran, merespon atas masalah tertentu dan menciptakan contoh-contoh konsep. Pada penelitian ini, komik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menjelaskan konsep teknik-teknik konseling behavioral melalui presentasi, membuat contoh konsep dengan membuat skenario teknik konseling behavioral dan menterjemahkan skenario dalam bentuk visual. Pemahaman konsep teknik-teknik konseling behavioral dievaluasi dengan melakukan tes pemahaman dengan komik yang dihasilkan oleh mahasiswa dan tes jawaban singkat untuk menilai pemahaman tentang teknik-teknik konseling behavioral.
2. Teknik konseling behavioral
Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah, manusia mampu berrefleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan manusia dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain (Walker & Shea, 1988, p. 36).
Untuk memahami dan menganalisa tingkah laku pada pendekatan behavioral, digunakan teori ABC.
A = Antecedent (pencetus perilaku)
B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan), yang di dalamnya tercakup frekuensi, intensitas, dan durasi).
C = Consequence (Konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)
3. Teknik-teknik konseling behavioral adalah:
a. Penguatan positif (reinforcement positive)
Yaitu, memberikan reinforcement yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan. Tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap di masa akan datang.
b. Contigency contracts
Yaitu, mengatur kondisi sehingga klien menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara klien dan konselor (Thompson et. al., 2004, p. 243).
c. Satiation/flooding
Yaitu, menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus sehingga individu merasa puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan (Walker & Shea, 1988, p. 143).
d. Shaping Pembentukan tingkah laku
membentuk tingkah laku baru dengan memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Biasanya dilakukan untuk tingkah laku yang sebelumnya belum ditampilkan (Walker & Shea, 1988, p. 96).
e. Modeling
Adalah proses belajar tingkah laku melalui proses observasi dan imitasi. Tipe-tipe model antara lain: model hidup, model simbolik, model multiple (Corey, 1986, p. 188).
f. Token ekonomi
Jenis reinforcement dengan menggunakan benda-benda yang menarik sebagai poin reinforcement ketika siswa menampilkan tingkah laku yang diinginkan. Contohnya yaitu: kartu, stiker, checklist (Walker & Shea, 1988, p. 109).
g. Assertiveness training
Assertiveness training berguna bagi orang yang tidak dapat mengekspresikan kemarahan, orang yang tidak sulit berkata tidak, orang yang sangat sopan dan sering dimanfaatkan orang lain, orang yang sulit mengekspresikan kasih sayah dan orang yang merasa tidak memiliki hak untuk mengekspresikan pikiran, keyakinan dan perasaan (Corey, 1986, p. 189).
h. Extinction
Yaitu, menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement (Pear & Martin, 2003).
i. Punishment
Adalah pemberian hukuman bisa dilakukan sebagai tambahan atas konsekuensi tingkah laku (tambahan tugas) atau penghilangan sesuatu yang menyenangkan bagi siswa (mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diganti dengan tugas tambahan) (Walker & Shea, 1988, p. 143).
j. Time out
Adalah memindahkan anak dari setting tingkah laku ke setting lain pada waktu yang spesifik dan terbatas ((Pear & Martin, 2003; Corey, 1986, p. 186-187).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research). Menurut Kemis, action research adalah studi sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan praktek pendidikan pada kelompok partisipan dengan menggunakan tindakan dan hasil refleksi terhadap efek dari tindakan tersebut (Hopkins, 1993, p. 45). Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988), action research memiliki tahap-tahap yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect) (Hopkins, 1993, p. 45).
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioral dengan menggunakan pembuatan komik dengan program Comic Life pada pembelajaran mata kuliah konseling individual.
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling non-reguler angkatan 2008 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang sedang mengambil mata kuliah Konseling Individual. Penelitian ini dilakukan dalam mata kuliah Konseling Individual pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Mahasiswa yang mengikuti kuliah ini sebanyak 35 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 32 perempuan.
Penelitian ini mengikuti model dari Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect) (Hopkins, 1993, p. 45). Tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah program Comic Life. Comic life digunakan untuk membuat komik dalam rangka meningkatkan pemahaman teknik konseling behavioral.
1. Rencana (Plan)
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan analisis terhadap proses pembelajaran konseling individual yang selama ini dilakukan di jurusan Bimbingan Konseling. Peneliti mengevaluasi metode dan media yang dipergunakan pada pembelajaran konseling individual. Kemudian, peneliti mengidentifikasi media alternatif untuk pembelajaran konseling individual, terutama untuk pembelajaran teknik-teknik konseling yaitu pembuatan komik dengan program Comic Life. Pada tahap berikutnya, peneliti membuat perencanaan tindakan, dengan urutan kerja sebagai berikut:
- Mempersiapkan rencana dan skenario pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran pendekatan behavioral. Pertemuan untuk pembahasan pendekatan ini terdiri dari lima pertemuan di dalam kelas dan dua kali pertemuan di laboratorium serta penugasan mandiri di luar perkuliahan.
- Merancang materi pembelajaran, yaitu pendekatan konseling behavioral
- Mengembangkan prosedur tindakan.
Pada tahap ini peneliti membuat kerangka kerja penggunaan Comic Life dalam mempresentasikan pengetahuan tentang teknik konseling behavioral.
- Membuat instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebanyak tiga instrumen, yaitu pedoman observasi proses pembelajaran, angket kepuasan mahasiswa dan tes pemahaman teknik konseling behavioral.
2. Pelaksanaan tindakan (Act)
Pelaksanaan tindakan pembuatan komik dengan progaram Comic Life untuk meningkatkan pemahaman tentang teknik konseling behavioral terdiri dari urutan kegiatan sebagai berikut:
- Penjelasan tentang pendekatan behavioral yang terdiri dari konsep dasar, filosofi manusia, dan teknik-teknik konseling behavioral.
- Penjelaskan proses pembuatan skenario komik. Pemberian tugas mandiri untuk membuat skenario teknik konseling behavioral.
- Penjelasan dan praktek penggunaan program Comic Life.
- Pembuatan skenario teknik konseling sesuai dengan kelompok masing-masing.
- Review skenario teknik konseling yang telah dibuat.
- Revisi skenario teknik konseling.
- Praktek proses konseling di laboratorium jurusan Bimbingan Konseling.
- Membuat dokumentasi praktek konseling sebagai modal gambar pembuatan komik.
- Pembuatan komik dengan menggunakan program Comic Life.
- Review hasil komik mahasiswa
- Revisi hasil komik.
- Presentasi hasil komik mereka di kelas
3. Observasi
Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian ini, antara lain:
- Data proses pelaksanaan penelitian
Data proses pelaksanaa terdiri dari tiga data, yaitu jalannya proses pembelajaran yang diobservasi dengan menggunakan catatan anekdot. Selain itu peneliti mengobservasi keaktifan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen pedoman observasi. Selain itu, peneliti juga mengambil data tentang kepuasan mahasiswa dengan kegiatan pembelajaran konseling individual yang menggunakan media Comic life dengan menggunakan angket tingkat kepuasan performansi dosen dan kepuasan penggunaan program Comic Life dalam pembelajaran. Selain itu, peneliti membuat dokumentasi proses pembelajaran melalui dokumentasi audio visual dengan rekaman video dan pengambilan foto selama proses penelitian.
- Data hasil tindakan
Untuk mengukur keberhasilan penggunaan Comic Life dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik konseling. Untuk itu peneliti menggunakan tes pemahaman tentang teknik konseling yang dikhususkan pada teknik konseling behavioral. Tes pemahaman ini berbentuk jawaban singkat yang mencakup 12 teknik konseling behavioral
4. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis data proses dan hasil tindakan. Kemudian peneliti melakukan interpretasi data tersebut. Dalam proses refleksi peneliti akan mengukur perbedaan antara tingkat pemahaman mahasiswa dengan pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu dengan tugas membaca, ceramah, presentasi dan simulasi dengan pembelajaran dengan menggunakan Comic Life. Peneliti bersama dengan kolaborator melakukan refleksi atas hasil analisa dan interpretasi data tersebut.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari 17 Maret 2009 sampai dengan 8 Mei 2009 pada mata kuliah Konseling Individual yang memiliki bobot sebanyak 4 SKS. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang mempersiapkan mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan konseling individual. Respon-respon konseling merupakan salah satu keterampilan inti konseling. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus pertama dilakukan pada tanggal 17 Maret – 2 April 2009 dan siklus kedua dilaksanakan pada 7 April – 8 Mei 2009 Dalam pelaksanaan penelitian ini perbaikan dilakukan selama proses perkuliahan sehingga mahasiswa mendapatkan feedback dan perbaikan kemampuan teknik-teknik konseling behavioral.
Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari enam kali pertemuan yang membahas konsep teoritis konseling behavioural, konsep pengembangan skenario konseling dan pengembangan skenario komik serta pembuatan komik dengan program Comic Life.
1. Perencanaan (Plan)
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan penelitian dengan mengumpulkan data awal. Data pertama tentang proses pembelajaran mata kuliah teori dan teknik konseling. Berdasarkan wawancara dengan dosen pengajar diketahui bahwa untuk materi konseling behavioural metode pembelajaran yang digunakan adalah penugasan mahasiswa untuk membuat makalah tentang konseling behavioral, presentasi makalah, diskusi dan tanya jawab. Setelah itu dosen memberikan review materi dengan menggunakan ceramah.
Berdasarkan hasil angket evaluasi diri mahasiswa yang disebarkan kepada mahasiswa BK angkatan 2006 yang telah mengikuti mata kuliah konseling individual didapatkan bahwa 12 orang mahasiswa menganggap telah memiliki pemahaman tentang teknik konseling behavioural, 17 orang mahasiswa belum memiliki pemahaman yang cukup tentang teknik konseling behavioural, dan 8 orang mahasiswa tidak memahami teknik konseling behavioural. Kemudian pada implementasi teknik-teknik konseling behavioural didapatkan bahwa hanya 2 orang mahasiswa dapat mengimplementasikan teknik-teknik konseling, 25 orang berpendapat kurang dapat mengimplementasikan teknik-teknik konseling. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi diri tentang pemahaman tidak diikuti oleh keterampilan aplikasi teknik konseling. Selanjutnya, peneliti mengevaluasi metode dan media yang dipergunakan pada pembelajaran konseling individual. Berdasarkan hasil wawancara dan angket tersebut peneliti bermaksud menggunakan media alternatif untuk pembelajaran konseling individual, terutama untuk pembelajaran teknik-teknik konseling yaitu pembuatan komik dengan program Comic Life. Pada tahap berikutnya, peneliti membuat perencanaan tindakan, dengan urutan kerja sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rencana dan skenario pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran pendekatan behavioral. Pertemuan untuk pembahasan pendekatan ini terdiri dari enam pertemuan di dalam kelas dan dua kali pertemuan di laboratorium serta penugasan mandiri di luar perkuliahan.
1) Pertemuan 1 dan 2
Pada pertemuan pertama dan kedua, peneliti memberikan materi tentang konsep teoritis konseling behavioural yang terdiri dari sejarah, konsep dasar, pandangan terhadap manusia, tahap-tahap konseling serta teknik-teknik konseling.
2) Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi tentang pengembangan skenario konseling dengan berfokus pada teknik tertentu. Dalam pengembangan kemampuan pemahaman teknik konseling behavioural ini peneliti member penugasan kepada mahasiswa untuk mengembangkan skenario konseling secara berkelompok. Pada penugasan ini peneliti membagi kelas menjadi 12 kelompok. Masing-masing kelompok bertugas untuk membuat sebuah skenario konseling.
3) Pertemuan 4
Pada pertemuan ini kegiatan yang dilakukan adalah membahas hasil skenario konseling yang telah dikembangkan oleh mahasiswa. Pembahasan ini dilakukan dengan cara melakukan simulasi skenario di depan kelas. Setiap kelompok melakukan simulasi dan menjelaskan konsep dasar dan alasan pengembangan skenario.
4) Pertemuan 5
Pada pertemuan ini peneliti memberikan materi tentang pengembangan skenario komik untuk membantu mahasiswa menterjemahkan skenario konseling menjadi skenario komik. Selanjutnya peneliti menjelaskan strategi penggunaan program Comic Life.
5) Pertemuan 6
Pada pertemuan ini kegiatan yang dilakukan adalah membahas hasil skenario konseling yang telah diterjemahkan ke dalam skenario komik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tanya jawab dan brainstorming tentang hasil skenario yang telah dikembangkan.
b. Merancang materi pembelajaran, yaitu pendekatan konseling behavioral
Setelah merancang rencana pelaksanaan pembelajaran, peneliti mengembangkan materi pembelajaran konseling behavioural. Materi ini dikembangkan dengan mengacu pada berbagai sumber dan seiring dengan pengembangan buku ajar dengan judul Teori dan Teknik Konseling yang juga sedang dikembangkan oleh peneliti. Untuk materi tentang skenario komik, peneliti bekerjasama dengan dosen jurusan Bahasa Indonesia.
c. Mengembangkan prosedur tindakan.
Pada tahap ini peneliti membuat kerangka kerja penggunaan Comic Life dalam mempresentasikan pengetahuan tentang teknik konseling behavioral.
d. Membuat instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebanyak tiga instrumen, yaitu pedoman observasi proses pembelajaran, angket kepuasan mahasiswa dan tes pemahaman teknik konseling behavioral.
2. Pelaksanaan tindakan (Act)
Pelaksanaan tindakan pembuatan komik dengan progaram Comic Life untuk meningkatkan pemahaman tentang teknik konseling behavioral terdiri dari urutan kegiatan sebagai berikut:
a. Pertemuan ke 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2009. Pada pertemuan ini peneliti dan kolaborator memberikan materi tentang konsep teoritis konseling behavioral yang terdiri dari sejarah, konsep dasar, pandangan terhadap manusia. Dalam penjelasan tentang konsep teori ini peneliti menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, dan brainstorming.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2009. Peneliti dan kolaborator memberikan materi tentang tahap-tahap dan teknik-teknik konseling behavioural.
c. Pertemuan 3
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2009. Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi tentang pengembangan skenario konseling dengan berfokus pada teknik tertentu. Dalam pengembangan kemampuan pemahaman teknik konseling behavioural ini peneliti memberi penugasan kepada mahasiswa untuk mengembangkan skenario konseling secara berkelompok.
d. Pertemuan 4
Pertemuan ke empat dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2009. Pada pertemuan ini kegiatan yang dilakukan adalah membahas hasil skenario konseling yang telah dikembangkan oleh mahasiswa. Pembahasan ini dilakukan dengan cara mempresentasikan skenario yang telah dikembangkan serta melakukan simulasi skenario di depan kelas. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk melakukan revisi skenario yang telah dibuat.
e. Pertemuan 5
Pertemuan ke lima dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2009. Pada pertemuan ini peneliti memberikan materi tentang pengembangan skenario komik dan strategi penggunaan program Comic Life. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan praktek langsung menggunakan program Comic Life.
f. Pertemuan 6
Pertemuan ke enam dilaksanakan pada tanggal 2 April 2009. Pada pertemuan ini kegiatan yang dilakukan adalah membahas hasil skenario konseling yang telah diterjemahkan ke dalam skenario komik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tanya jawab dan brainstorming tentang hasil skenario yang telah dikembangkan. Dalam kegiatan ini peneliti dan kolaborator membaca hasil skenario yang telah ditulis dan melakukan bransitorming tentang skenario tersebut. Setelah itu, memberikan masukan secara tertulis dan lisan.
3. Observasi
Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti dan kolaborator mengumpulkan data-data proses dan hasil penelitian sebagai berikut:
a. Data proses pelaksanaan penelitian
Pada proses pelaksanaan pembelajaran di kelas selama enam kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dan kedua terlihat bahwa mahasiswa belum terbiasa diberikan tugas membaca, terlebih lagi mahasiswa diminta untuk membuat ringkasan, mencari kata-kata sulit dan mencari pengertian kata-kata sulit tersebut dari kamus, buku atau ensiklopedia. Mahasiswa pada awalnya mengeluh karena adanya tugas tambahan karena mereka tidak terbiasa dengan tugas seperti ini. Selanjutnya pada brainstorming pertama, terlihat mahasiswa belum terbiasa dengan kegiatan ini, sehingga mereka tidak siap untuk melakukan brainstoriming. Namun pada pertemuan ketiga dan seterusnya, mahasiswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan tersebut.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media comic life terlihat mahasiswa lebih antusias karena mereka belum pernah melakukan kegiatan ini sebelumnya baik di mata kuliah lain. Mahasiswa lebih aktif untuk bertanya dan berdiskusi baik di dalam kelompok maupun di kelas. Hal ini terlihat ketika peneliti dan kolaborator memberikan kesempatan untuk berkonsultasi di luar jam kuliah, semua kelompok menggunakan kesempatan ini. Rata-rata pertemuan setiap kelompok untuk berkonsultasi di luar jam kuliah adalah satu sampai tiga kali konsultasi. Dalam konsultasi di luar jam perkuliahan, mahasiswa yang bertanya dan berpartisipasi tidak didominasi oleh beberapa mahasiswa saja, dapat dikatakan hampir sebagian besar mahasiswa berpartisipasi dalam konsultasi. Namun demikian, masih ada beberapa mahasiswa yang kurang berpartisipasi baik dalam konsultasi maupun dalam proses pembelajaran di kelas, tetapi berpartisipasi dalam kelompok.
Tanggapan mahasiswa tentang performan dosen dalam mengajar terlihat bahwa mahasiswa yang menjawab bahwa dosen dapat memberikan materi dengan baik sebanyak 28 mahasiswa, yang berpendapat bahwa dosen cukup baik sebanyak 7 mahasiswa dan yang berpendapat bahwa dosen kurang baik sebanyak 0 mahasiswa. Dalam pengelolaan pembelajaran terlihat bahwa kolaborator menggunakan metode yang bervariasi mulai dari ceramah, tanya jawab, brainstorming, simulasi, presentasi, diskusi dan penugasan. Selain itu, media yang digunakan juga meliputi power point, media cetak, film, komik, dan software Comic Life. Dengan variasi metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran ini membuat mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang luas dan bervariasi sehingga mereka berminat dan aktif dalam pembelajaran di kelas.
b. Data hasil pelaksanaan penelitian
Data hasil pelaksanaan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu tes pemahaman, skenario konseling dan skenario komik. Berdasarkan hasil tes tentang pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioural terlihat bahwa sebagian mahasiswa sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep teoritik dan teknik-teknik konseling behavioural. Hal ini terlihat dari hasil kuis pendekatan konseling behavioural sebanyak 7 mahasiswa mendapat nilai A, 19 mahasiswa mendapat nilai B dan 9 mahasiswa mendapat nilai C. Hasil penilaian skenario konseling didapatkan 4 kelompok mendapat nilai B dan 6 kelompok mendapat nilai C. Selanjutnya pada penilaian skenario komik didapatkan bahwa hampir semua kelompok kurang dapat memvisualisasikan skenario konseling ke skenario komik.
4. Refleksi
Dalam proses refleksi peneliti akan mengukur perbedaan antara tingkat pemahaman mahasiswa dengan pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu dengan tugas membaca, ceramah, presentasi dan simulasi dengan pembelajaran dengan menggunakan Comic Life. Kendala yang dialami mahasiswa adalah ketidakmampuan untuk melihat kontinuitas cerita secara detail, terlalu terpaku pada detail yang kurang penting Peneliti bersama dengan kolaborator melakukan refleksi atas hasil analisa dan interpretasi data. Berdasar hasil refleksi peneliti dan kolaborator melakukan perbaikan berupa review materi skenario komik, memperbanyak konsultasi di luar jam perkuliahan yang dilakukan setiap kelompok. Selain itu menggabung 2 kelompok agar masing-masing kelompok belajar dari kelompok lain dan saling menguatkan.
Siklus ke 2
Siklus kedua dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan klasikal dan 15 kali pertemuan kelompok yaitu sejak tanggal 7 April–8 Mei 2009. Alasan pelaksanaan siklus kedua ini adalah pada umumnya mahasiswa telah memahami konsep teoritik teknik-teknik konseling behavioural, akan tetapi mereka masih kesulitan untuk mengembangkan konsep teoritik tersebut dalam bentuk skenario komik. Hal ini disebabkan karena mereka belum terbiasa untuk berpikir visual dalam menterjemahkan skenario konseling ke skenario komik. Untuk itu peneliti dan kolaborator melakukan perbaikan yang berfokus pada pengembangan skenario komik untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam pengembangan komik yang lebih “komik”.
1. Perencanaan
Pada siklus kedua ini peneliti dan kolaborator melakukan perencanaan yang hampir sama dengan perencaan pada siklus pertama hanya saja focus pembelajaran berfokus pada pengembangan skenario komik.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus ke dua pertemuan klasikal dilakukan sebanyak satu kali. Pada pertemuan ini peneliti dan kolaborator membahas kembali tentang pengembangan skenario konseling ke dalam skenario komik yang dilaksanakan secara klasikal dan per kelompok. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih memahami pengembangan skenario dan dapat memvisualisasikan tulisan dalam bentuk gambar. Selanjutnya, peneliti dan kolaborator mengatur jadwal konsultasi kelompok sebanyak 3 kali untuk masing-masing kelompok. Hal ini dimaksudkan agar setiap kelompok mendapat feedback yang rinci dan jelas.
3. Observasi
Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti dan kolaborator mengumpulkan data-data proses dan hasil penelitian sebagai berikut:
a. Data proses pelaksanaan penelitian
Dalam pertemuan klasikal yang membahas pengembangan skenario komik terlihat mahasiswa lebih antusias karena mereka berusaha memperbaiki pemahaman yang belum jelas dan langsung mengacu pada hasil pekerjaan mereka sebelumnya. Mahasiswa lebih aktif untuk bertanya dan berdiskusi baik di dalam kelompok maupun di kelas. Pada konsultasi di luar jam perkuliahan yang sudah terjadwal terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang bertanya dan berpartisipasi dalam rangka merevisi hasil pekerjaan mereka.
b. Data hasil pelaksanaan penelitian
Data hasil pelaksanaan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu tes pemahaman, skenario konseling dan skenario komik. Berdasarkan hasil tes tentang pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioural terlihat bahwa sebagian mahasiswa sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep teoritik dan teknik-teknik konseling behavioural. Hal ini terlihat dari hasil kuis pendekatan konseling behavioural sebanyak 13 mahasiswa mendapat nilai A, 21 mahasiswa mendapat nilai B dan 1 mahasiswa mendapat nilai C. Pada hasil penilaian skenario konseling dan skenario komik didapatkan bahwa semua kelompok mendapat nilai A.
4. Refleksi
Pada siklus kedua ini terdapat peningkatan pemahaman tentang teknik-teknik konseling behavioral dan peningkatan kemampuan pengembangan skenario konseling dan skenario komik karena setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mereview dan merevisi hasil pekerjaan
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan komik sebagai metode dan media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling behavioural serta mendorong mahasiswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Selain itu, pengembangan skenario komik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berpikir visual dengan melakukan kegiatan visualisasi teori ke dalam gambar atau foto.
Pengembangan kemampuan berpikir visual dan verbal perlu dilakukan di berbagai mata kuliah untuk meningkatkan pemahaman materi sekaligus mendorong pengembangan kemampuan berpikir visual dan verbal mahasiswa.
Daftar pustaka
Chapman, A. (2006). Benjamin Bloom's Taxonomy of Learning Domains - Cognitive, Affective, Psychomotor Domains - design and evaluation toolkit for training and learning. Diakses pada tanggal 29 Maret 2009. sumber: http://www.businessballs.com/bloomstaxonomyoflearningdomains.htm
Corey, G. (1986). Theory and practice of counseling and psychotherapy, 3rd. California:Brooks/Cole
Corey, G. (1995). Theory and practice of group counseling, 4rd. California:Brooks/Cole
Finkel, E. (2006). A New Literary Hero: Comics Make for Colorful Learning. Diakses pada tanggal 15 Maret 2009. Sumber: <"http://www.edutopia.org/ed-finkel">
Gladding, S.T. (1992). Counseling a comprehensive profession, 2nd ed. New York” Maxwel MacMillan International
George, R.L. & Cristiani, T.S. (1990). Counseling theory and practice, 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall
Hopkins, D. (1992). Teachers’ guide to classroom action research. Bukingham: Open University Press
Marx, C. (2007). Writing for animation, comics, and games. Oxford: Focal Press
Nelson-Jones, R. (1995). Counseling and personality: theory and practice. New South Wales: Allen & Unwin.
Pear, J. & Martin, G. (2003). Behavior modification. New Jersey: Prentice-Hall
Singgih, G. & Singgih, (2001). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Sukadji, S. (1983). Modifikasi prilaku: penerapan sehari-hari dan penerapan professional. Yogyakarta: Liberti.
Thacker, C. (2007). How to use comic life in the classroom. Diakses pada tanggal 24 Februari 2009. sumber:
Thompson, C. L., Rudolph, L. B., Henderson, D. (2004). Counseling children. The USA: Brooks/Cole
Yang, G. (2003). Comic in education. Diakses pada tanggal 25 Februari 2009. sumber: http://www.humblecomics.com/comicsedu/index.html
Walker, J. E. & Shea, T. M. (1988). Behavior management a practical approach for educator. Ohio: Merrill Publishing
.... (2005). How To Use Comics in Teaching. Smart school. Diakses pada tanggal 2 Maret 2009. sumber: <"http://www.smartschools.ph/SmartSchools/SmartTools/WebQuestGuidelines.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar