Kamis, 26 Mei 2011

Thailand

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Asal  mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, yaitu kerajaan Sukhotai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan mempunyai wilayah kekuasaan yang lebih besar dibandingkan Sukhotai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16. Meski mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara diAsia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa. Namun demikian, pengaruh barat termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang  Britania.

Proses Belajar Mengajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           
            Dizaman globalisasi ini persaingan semakin ketat, salah satunya adalah dalam proses belajar mengajar oleh karena itu kita sebagai guru atau pelajar harus punya kemampuan untuk bersaing dengan orang lain

 karna itu pula saya membuat makalah metode ini agar kita mempunyai pengetahuan bagaimana metode-metode dalam mengajar sehingga materi yang disampaikan kepada siswa tidak hanya ceramah saja tetapi masih banyak metode-metode yang bisa dipakai sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tidak membosankan.

B. Tujuan

            Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mandiri strategi pembelajaran, selain dari pada itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan kita tentang apa saja metode-metode dalam mengajar agar tujuan kita dalam mengajar dapat tercapai dengan baik dan benar

            Karena seorang tenaga pengajar adalah sumber ilmu bagi anak didiknya oleh karena itu seorang pengajar harus mempunyai metode-metode dalam mengajar agar proses belajar mengajar menjadi menyenagkan bagi anak didik dan dengan begitu tujuan pembelajaran akan mudah tercapai dengan baik

PENDEKATAN HOLISTIK DALAM KONSELING

 PENDEKATAN HOLISTIK DALAM KONSELING

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan yang dinamis dan sarat  perkembangan, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan budaya kehidupan.
Di dalam pendidikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri maka adanya bimbingan dan konseling, secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan layanan bimbingan konseling adalah berupaya membantu peserta didik menemukan pribadinya dalam hal mengenai kekuatan dan kelemahan eirinya serta menerima dirinya secara dinamis sebagai modal perkembangan diri lebih lanjut.
Secara khusus konseling bertujuan membantu klien membuat pilihan yang tepat untuk memperbaiki pergaulan atau  hubungan di dunia sekitar dan teman-temannya. Banyak secara konseling seperti humanistic, pendekatan gestalt dan salah satunya konseling holistic yang mendekati 4 aspek, aspek fisik, mental, dan spiritual oleh sebab itu penulis akan menjelaskan makalah tentang pendekatan holistic konseling.

Minggu, 22 Mei 2011

Tujuh Kompetensi Guru

KOMPOTENSI – KOMPETENSI GURU
Oleh :
BOHARUDIN

A.    Latar Belakang
Kita bicara mengenai kompetensi-kompetensi guru itu apa dan syarat-syarat apa yang harus dikuasasi oleh seorang guru agar tidak kacau dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai guru dan bersosial dengan masyarakat sekitar karena guru adalah suri tauladan bagi peserta didiknya. Kompotensi adalah kelayakan untuk menjalankan tugas, kemampuan sebagai suatu faktor yang penting bagi guru, oleh karena itu kualitas dan produktifitas kerja guru harus mampu memperlihatkan perbuatan professional yang bermutu. Kemampuan atau kompetensi guru harus memperlihatkan prilaku yang memungkinkan mereka yang menjalankan tugas profesional dengan cara yang paling diingini, tidak sekedar menjalankan kegiatan pendidikan bersifat rutinitas.

Senin, 16 Mei 2011

TERAPI KONSELING DENGAN HIPNOTIS

TERAPI KONSELING DENGAN HIPNOTIS

( Sembuhkan Stres Pascatrauma )

Oleh:
Wahid Suharmawan

PENDAHULUAN
Cerita yang cukup memilukan, tetapi makin sering terdengar. Pola-pola kejadiannya selalu sama. Seorang yang sendirian di tempat yang asing atau tempat yang ramai didekati oleh seorang atau beberapa pria asing. Ia disapa dengan ramah dan sopan sebagaimana berlangsung dalam pertemuan biasa. Namun, akhirnya ia menyerahkan dompet, perhiasan, atau harta benda lain kepada si pria asing itu, seakan-akan dengan sukarela. Bahkan terjadi, ia mengantar pria asing itu ke bank, menarik uang berjuta-juta rupiah dari rekeningnya dan memberikan semuanya kepada orang yang tidak dikenal itu. Setelah pria asing itu pergi, baru ia menyadari bahwa ia menjadi korban penipuan. Semuanya dilakukannya dalam keadaan terhipnotis.

KODE ETIK PROFESI KONSELOR INDONESIA

KODE ETIK PROFESI KONSELOR INDONESIA
(ASOSIASI BIMBINGAN KONSELING INDONESIA)


PENDAHULUAN

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) adalah suatu organisasi profesi yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan kualifikasi pendidikan akademik strata satu (S-1) dari Program Studi Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Konselor (PPK). Kualifikasi yang dimiliki konselor adalah kemampuan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam ranah layanan pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir bagi seluruh konseli.
Konselor profesional memberikan layanan berupa pendampingan (advokasi) pengkoordinasian, mengkolaborasi dan memberikan layanan konsultasi yang dapat menciptakan peluang yang setara dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli berdasarkan prinsip-prinsip pokok profesionalitas:

PROFESIONALISASI SUMBER DAYA MANUSIA BIMBINGAN DAN KONSELING

PROFESIONALISASI SUMBER DAYA MANUSIA BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh:
Dr. Marthen Pali, M.Psi



Abstrak: Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di dalamnya mengatur ekspektasi kinerja guru dan 6 jenis pendidik lain yang sama-sama menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan, dan tidak mengatur ekspektasi kinerja konselor yang menggunakan proses pengenalan diri konseli sebagai konteks layanan.  Akibatnya terjadi kesenjangan pengaturan ekspektasi kinerja di antara pendidik tersebut, dengan berlanjut sampai kepada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Demikian Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga tidak mendeteksi kesenjangan legal dalam pengaturan keberadaan konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan. Namun demikian ABKIN sebagai asosiasi profesi yang mengawal mutu layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan tidak tinggal diam, melalui kerja keras telah mewujudkan sebuah Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor (ABKIN, 2007) yang di dalamnya mengatur kompetensi lulusan, kurikulum, ketenagaan, dan kredensialitas kelembagaan. Bahkan ditindaklanjuti dengan PermenDiknas No. 27 tahun 2008 tentang Kompetensi Konselor. Upaya yang luar biasa dilakukan oleh ABKIN tersebut, ke depan diharapkan eksistensi konselor di tanah air mampu sejajar dengan profesi lain. Guna mewujudkan terobosan-terobosan tersebut diperlukan berbagai strategi pengembangan SDM bimbingan dan konseling.

PROFESIONALISASI SDM KONSELING


PROFESIONALISASI SDM KONSELING

Oleh : Prayitno

Berbicara tentang konseling, sesungguhnya kita membicarakan wilayah kehidupan yang cakupannya sangat luas, yang bisa jadi  tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Wilayah itu bisa meliputi hal-hal yang bersifat isu sampai dengan hal yang nyata terjadi di sini pada saat ini; dari kehidupan yang terjadi di kota surabaya ini sampai apa yang dirasakan di Santa Monica di Amerika sana. Dari setitik air sampai luasnya samudera di dunia; dari persoalan neraka sampai bayangan ke sorga; dari kondisi mbeling sampai kekhusyukan eling yang luar biasa.

PENGEMBANGAN KOMPETENSI KONSELOR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENURUT STANDAR KOMPETENSI KONSELOR INDONESIA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI KONSELOR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENURUT STANDAR KOMPETENSI KONSELOR INDONESIA
(Studi Berdasarkan Profil Diskrepansi Kompetensi Aktual
dengan Kompetensi Standar pada Konselor SMA Negeri di Wilayah X)

Oleh:
Kartika Hajati*)




Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan tersedianya perangkat instrumen yang efektif untuk digunakan dalam pengembangan kompetensi konselor di lapangan. Didasari keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan perangkat instrumen berupa program dan panduan implementasinya yang efektif untuk mengembangkan kompetensi konselor selaras dengan Standar Kompetensi Konselor Indonesia, dirancang berdasarkan kesenjangan profil kompetensi aktual dengan kompetensi standar pada konselor SMA Negeri di wilayah X. Pengembangan produk tersebut dilakukan dengan menerapkan pendekatan research and development, melalui tahapan: (1) Studi Pendahuluan, (2) Pengembangan dan Validasi Produk, serta (3) Uji Efektifitas Produk. Perangkat instrumen pengembangan kompetensi konselor hasil penelitian ini, telah teruji efektif untuk mengembangkan kompetensi konselor. 

PANDUAN MENGEVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN SECARA KOMPREHENSIF

PANDUAN MENGEVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN  SECARA KOMPREHENSIF
Oleh Mahasiswa PPs BK 2008 UM Malang

A.          Rasionalisasi dan Tujuan Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam program bimbingan dan konseling perkembangan untuk menjamin   program itu sendiri. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan nilai suatu program, berbagai kegiatan di dalam program, dan para staff yang terlibat dalam program tersebut, untuk kemudian mengambil keputusan atau tindakan-tindakan di masa mendatang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui akuntabilitas program BK yang dilaksanakan.

INOVASI BIMBINGAN DAN KONSELING:MENJAWAB TANGANGAN GLOBAL


INOVASI BIMBINGAN DAN KONSELING:MENJAWAB TANGANGAN GLOBAL
Oleh: H.MOHAMAD SURYA


Tantangan Global
Sejalan dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan (termasuk bimbingan dan konseling) menghadapi berbagai tantangan mulai dari tantangan global, nasional, dan lokal. Tantangan-tantangan itu harus dihadapi dengan sebaik-baiknya mulai dari tatanan konstitusional, kebijakan, manajerial, dan operasional dalam berbagai aspek dan dimensi.. Prof. Dr. Karlheinz A. Geissler (2000) menyatakan bahwa: “Learning has become the citizen’s first duty. ‘Stop learning and you stop living’”. Selanjutnya Geissler menyatakan bahwa di milenium tiga ini kita dituntut untuk melakukan “learning offensive” atau pembelajaran yang bersifat ofensif dan proaktif. Selanjutnya dikatakan  bahwa untuk mampu mewujudkan ofensif pembelajaran diperlukan empat kompetensi yaitu: (1) plurality competence yaitu kecakapan untuk mengidentifikasi aspek produktif dari adanya keragaman, dan toleransi dan menggunakannya secara efektif, (2) socio-communicative competence yaitu kecakapan untuk berinisiatif, mengembangkan, mendukung dan mengelola menyimpulkan secara tepat proses-proses sosial, (3) transition competence, yaitu kecakapan untuk beradaptasi dengan proses transisi dalam kehidupan, (4) equilibrium competence yaitu kecakapan dalam menjaga keseimbangan dalam kondisi ketidak-pastian. 

KONSELOR MENJAWAB DINAMIKA ZAMAN


KONSELOR MENJAWAB DINAMIKA ZAMAN[1]
Oleh: Muhammad Nur Wangid 2


Abstrak

Perubahan dan perkembangan masyarakat mengisyaratkan seluruh warganya untuk melakukan penyesuaian. Baik sebagai individu ataupun kelompok tuntutan adaptasi dan akomodasi tidak terelakkan. Sebagai individu, konselor yang juga sebagai warga masyarakat tidak dapat menghindari tuntutan tersebut. Penyesuaian dilakukan bukan saja terhadap tuntutan perubahan dan perkembangan, tetapi juga kebutuhan untuk berubah dalam menjalankan tugas profesianya.