Jumat, 01 November 2013

UJI REALIBITAS


    Di dalam metode penelitian banyak sekali jenis penelitian. Di antarannya adalah penelitian kausal komperatif. Metode penelitian yang erat dengan penelitian korelasi adalah penelitian kausal komparatif (causal comparative research) atau hubungan sebab akibat.
     Reliabilitas memberikan konsitensi yang membuat terpehuinya syarat utama, yaitu validnya suatu hasil skor instrumen. Disamping itu, reliabilitas juga menunjukn gambaran praktis yang diklasifikasikan berkaitan erat dengan syarat ketiga, yaitu kebermanfaatan (usability). Semakin reliael suatu tes, semakin yakin kita dapat menytakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai disuatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes kembali. Lebih  lengkap silahkan Download di sini

Selasa, 29 Oktober 2013

ORIENTASI, FUNGSI, PRINSIP, ASAS DAN LANDASAN PELAYANAN KONSELING


Pelayanan konseling diselenggarakan dengan orientasi, prinsip dan asas serta landasan yang secara keseluruhan terpadu dalam setiap kegiatan layanan dan aspek-aspek pendukungnya. Segenap orientasi, prinsip dan asas serta landasan tersebut terwujudkan dalam kaidah-kaidah keilmuan dan kompetensi yang dipelajari dengan sebaik-baiknya. Makalahnya Download di sini.

UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN


Suatu instrumen dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat itu betul-betul mampu mengukur dan menilai apa yang ingin diukur dan atau dinilai. Oleh karena itu, validitas suatu instrument merujuk kepada ketepatan suatu instrumen menilai apa yang ingin dinilai. Ketepatan dan kebermaknaan itu disimpulkan berdasarkan bukti-bukti skor instrumen tiap individu peserta ujian atau subjek yang dinilai. Suatu instrumen valid untuk suatu objek assessmen dan tidak valid untuk yang lain, karena setiap instrumen dirancang untuk tujuan tertentu, sehingga kisi-kisi yang disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Lebih lanjut silahkan Download di sini.

HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI PENERIMA DAN PENGEMBANG ILMU DALAM BERBAGAI PARADIGMA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat mulai ketika manusia mengagumi dunia dan berusaha menerangkan berbagai gejala dunia. Apabila kita sungguh-sungguh hidup dengan sadar di dunia ini, tak dapat tiada kita tentu akan berhadapan dengan berbagai pertanyaan dan persoalan. Hasrat akan mengerti itu menyatakan diri dalam bermacam-macam pertanyaan yang sungguh-sungguh tidak mudah dijawab sekaligus. Yang dapat bertanya demikian hanya manusia, sedangkan hewan ia hanya memiliki pengetahuan terbatas untuk kelangsungan hidupnya, selain itu hewan juga tidak dapat bertanya dan tidak mempersoalkan apa yang dialaminya. Manusia dianugerahi sifat-sifat Tuhan, salah satunya adalah sifat “Mengetahui”, karena hal itu maka Tuhan memberikan manusia akal dan pikiran untuk menerima ilmu pengetahuan yang disampaikannya melalui wahyu-wahyu Nya. Selain itu manusia juga harus mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.
Manusia semenjak dilahirkan di dunia ini dihadirkan dengan seluruh pertanyaan-pertanyaan yang selalu ingin dicari jawabannya. Ini jugalah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan yang mendorong manusia yang menjadi mahluk yang paripurna.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan oleh dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasi informasi dan jalan fikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.

Rabu, 26 Oktober 2011

METAFISIKA


METAFISIKA

Oleh:
Boharudin

A.    Pendahuluan
Metafisika adalah bagian kajian filsafat yang paling abstrak dan dalam pandangan sementara orang merupakan bagian yang paling “tinggi” karena berurusan dengan realitas paling utama, berurusan dengan “apa yang sungguh-sungguh ada” yang membedakan sekaligus menentukan bahwa sesuatu itu mungkin ataukah tidak. Sekalipun demikian, subjek yang pasti dari kajian metafisika secara terus-menerus dipertanyakan, demikian juga validitas klaim-klaimnya dan kegunaannya (Hamlyn, 1993: 556). Dengan demikian, pertanyaan pokok yang agaknya perlu dijawab dahulu adalah: Mengapa perlu berkenalan dengan Metafisika? Jika ternyata banyak pengertian “metafisika”, lantas “metafisika” yang mana yang perlu dipelajari dalam rangka studi filsafat? Pertanyaan pertama terkait dengan persoalan relevansi studi metafisika, sedangkan pertanyaan kedua berhubungan dengan batasan dan ruang lingkup studi metafisika.
Terkait dengan pertanyaan pertama, dapat dijawab melalui, setidaknya dua konteks, yakni konteks filosofis dan konteks praksis kehidupan. Dalam konteks filosofis, jika filsafat merupakan suatu usaha yang pertanyaan-pertanyaannya selalu bersifat mendasar, kritis-reflektif (mempertanyakan dasar-dasar pertanyaan dan argumentasinya sendiri) dalam rangka mengungkap asumsi-asumsi tersembunyi dari klaim-klaim tentang segala hal (“pengetahuan”, “realitas”, “yang baik”, “yang indah”, dll), maka “metafisika” merupakan basic philosophy (filsafat dasar) yang merupakan dasar penting bagi semua cabang filsafat lain (Sontag, 1970: 1). Metafisika dalam konteks filsafat lebih menunjukkan objek formal, bukan terkait dengan keluasan objek materialnya, namun sudut pandangnya mengenai inti yang termuat dalam setiap kenyataan, yang pada dasarnya merupakan refleksi filosofis mengenai kenyataan yang paling mutlak, paling mendalam dan paling ultima (Bakker, 1992: 15), dan juga “sebab pertama” sebagaimana dahulu diangkat sebagai issue filosofis paling penting oleh Aristoteles (MRLSU, 2007: 2)
Terkait dengan konteks praksis kehidupan, metafisika bisa jadi memiliki peran yang sangat sentral dewasa ini. Jika hari-hari kita sekarang ini kita terima sebagai saat yang penuh dengan perubahan radikal terkait dengan prinsip-prinsip dasar, nilai, dan lembaga-lembaga sosio-kultural, maka dewasa ini juga merupakan saat yang tepat untuk belajar metafisika, lantaran hanya melalui pengkajian yang sedemikian mendasar sebagaimana ada pada studi metafisika, kita akan menemukan kembali orientasi mental dan moral. (Sontag, 1970: xi). Perubahan sosial yang cepat dan merombak sendi-sendi identitas dan hubungan antar manusia, tentu menuntut adanya suatu pijakan kontemplatif yang dapat melihat dengan lebih jernih dasar dan akar perubahan tersebut.
Tugas makalah sengaja di buat walau senyatanya jauh dari maksud untuk secara mendalam membawa pada isu metafisika, mengingat pergumulan metafisis mensyaratkan adanya ketuntasan dan totalitas berfilsafat, yang itu mengandaikan suatu point no return. Sekali muncul persoalan filosofis (baca: metafisis) di benak kita (misalnya, “apakah Tuhan itu ‘ada’?” “Adakah syarat kategorial untuk ‘ada’ Tuhan sama dengan untuk ‘ada’ yang lain?), maka baik kita dapat menemukanjawabannya atau tidak, dunia dan hidup akan menjadi nampak berbeda bagi kita. Oleh karenanya, titik pijak diskusi ini cukuplah sikap open mind, dalam arti bahwa sebuah kencan singkat bisa jadi hanya menjadi “pengisi waktu luang dan penghibur kejenuhan”, namun bisa pula membawa pada impresi “sekali untuk selamanya…

Rabu, 05 Oktober 2011

BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH DASAR


BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH DASAR
Bimbingan karier di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak melakukan pilihan pilihan prematur. fokusnya malahan akan kesadaran akan pilihan pilihan yang bakal tersedia , cara cara mengantisipasi dan merencanakannya ,serta hubungannya dengan cirri cirri pribadi .banyak murid yang perlu mengetahui bahwa mereka akan mempunyai kesempatan kesempatan untuk memilih dan kompetensi untuk melaksanakannya .murid murid ini juga perlu menyadarinya ,bagaimana mereka berubah ,dan bagai mana mereka dapat menggunakan penggalaman penggalaman sekolah untuk menjelajah dan bersiap guna menyongsong masa depan .
Diantara asumsi asumsi yang menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah sebagai berikut: (1). Kesadaran bahwa gaya gaya prilaku memilih pada masa remaja dan dewasa di pengaruhi oleh tipe tipe pengalaman perkembangan yang berlangsung pada masa kecil ;(2) terbukti bahwa banyak materi dan teks yang digunakan disekolah sekolah dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan dimasa depan secara tidak seksama dan membantu perkembangan yang tidak perlu mengenai tipe okupasi okupasi menurut jenis kelamin atau pandangan pandangan yang sempit mengenai kesempatan kesempatan pendidikan atau okupasional yang tersedia ;dan(3) pengakuan bahwa perasaan perasaan mengenai kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari pengetahuan tentang kelebihan kelebihan .cara cara untuk memodifikasi kelemahan kelemahan ,keterampilan keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber sumber eksploratoris yang tersedia ,pemahaman tentang hubungan hubungan antara persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan peranan masyarakat lainnya(Herr&Cramer,1984:21)
Bimbingan karier sejak permulaan kelahirannya diperlukan sebagian karena komleksitas dunia kerja .Walaupun dunia kerja ini ,juga ini telah diketahui oleh person dan tokoh tokoh bimbingan karier terdahulu lainnya,akan tempak sederhana bila di bandingkan dengan masyrakat ilmiah dan teknologi dewasa ini, dapat dipastikan bahwa program program bimbingan karier dari generasi generasi, sangat bermanfat dalam membantu ribuan anak muda dalam keputusan keputusan ,penempatan penempata dan penyesuaian penyesuaian kariernya .
Dunia kerja dewasa ini terus meningkat dalam ruang lingkupdan komlek sitasnya .sehingga kebutuhan akan bimbingan karier jauh lebih bersar dari pada sebelumyan.di amerika serikat lebih dari 35 ribu jenis pekerjaan yang tercatat pada dictionary of occkupational titles (1965).sehingga jelas sekali bahwa kemungkinan kemungkinan pilihan occovasional tidak terbayangkan.
Berbagai jenis pengalaman yang harus disediakan yang mengakui berbagai latar belakang dan kebutuhan murid murid dari berbagai latar belakang.
Anak Sekolah Dasar
pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara has terbuka kepada dan berintraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.
Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut: 1. kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2.kebutuhan-kebutuhan keamanan, 3.kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan, 4.kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan dianggap penting, 5.kebutuhan akan impormasi, 6.kebutuhan akan pengertian, 7.kebutuhan akan keindahan, 8.kebutuhan akan aktualisasi diri.
Tujuan tujuan bimbingan karier di sekolah dasar. Tujuan-tujuan bimbingan karier disekolah dasar adalah tujuan memberikan pengalaman-pengalaman sehingga murid-murid dapat mengerjakan yang berikut (Herr, 1976: 1-2 ):

DESAIN PRAKTEK KONSELING INDUSTRI


DESAIN PRAKTEK KONSELING INDUSTRI

Oleh:
Boharudin

A.    Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya di dalam berbagai bidang kehidupan. Begitupun dalam dunia industri dan sector usaha yang berkembang berkat penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian kompleksnya masyarakat modern, masalah - masalah manusia dalam sistem ekonomi dan produsi yang semakin penting khususnya menyangkut pembinaan staf manajer tenaga karyawan ataupun buruh.
Dengan adanya perkembangan dalam hal tersebut khususnya perkembangan dalam dunia niaga, bisnis, industry akan memberikan dampak terhadap kondisi social atau pun mental dari masyarakat yang selaku pelaku dalam dunia industry.
Salah satu contoh dalam hal ini adalah perusahaan, Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai strategi besar dalam mengatur orang-orang dalam bekerja sama. Organisasi menimbulkan hubungan yang dapat diperkirakan diantara orang-orang, teknologi, pekerjaan, dan sumber daya. Apabila orang-orang bergabung melakukan upaya bersama, maka harus ada organisasi untuk memperoleh hasil yang produktif.
Perusahaan di Indonesia berdasarkan kepemilikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perusahaan milik Negara dan perusahaan milik swasta. Semua perusahaan melakukan proses produksi sehingga menghasilkan barang atau jasa. Untuk melakukan proses, perusahaan atau industry membutuhkan yang namanya karyawan. Karyawan merupakan orang yang bekerja di perusahaan atau organisasi. Biasanya setiap organisai suka membayangkan bahwa para pegawainya merupakan peduan kelompok sebagai “satu keluarga besar yang bahagia.” Para pegawai merupakan satu keluarga sejauh mereka loyal kepada organisasi dan meyakini tujuannya. Sebaliknya, Para pegawai pada kebanyakan organisasi juga terpilah-pilah menjadi berbagai jenis subkelompok yang berbeda.
Dalam menjalani kehidupan industry, tidak jarang para karyawan mengalami yang namanya stress. Hal ini bisa diakibatkan beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, kualitas penyelia yang jelek, iklim politik yang tidak aman, wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab, konflik, frustasi dan masih banyak kesenjangan yang lain yang terjadi.

Aplikasi teori motivasi dan kesimpulannya


APLIKASI TEORI MOTIVASI DAN KESIMPULANNYA

Oleh:
Boharudin


A.   Pendahuluan
Dalam teori ini motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, atau dapat dikatakan motivasi sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Teori ini lebih diterapkan pada karyawan atau pekerja. Hal ini terkait dengan jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.
Dalam hal ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau faktor yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Maka pembinaan terhadap sumber daya manusia tidak pada penyelenggaraan latihan (training) saja, tetapi juga didukung dengan pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).
Menurut Mitchell (dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi adalah memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab perilaku; andai kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi.
Tinggi rendahnya produktivitas suatu perusahaan bergantung pada motivasi keryawan atau pekerja untuk bekerja. Tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Sabtu, 16 Juli 2011

Teknologi pada Masa Islam

TEKNOLOGI PADA MASA ISLAM
Oleh:
Boharudin

A.    Pendahuluan
Dalam perkembangan teknologi, tidak terlepas dari adanya perkembangan sains. Teknologi merupakan hasil karya dan cipta manusia. Adapun yang menjadi tujuan dari penciptaan teknologi adalah supaya mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perubahan kemajuan teknologi dari masa-kemasa merupakan bukti nyata dari semakin majunya pemikiran manusia. Teknologi yang ada sekarang, sebetulnya sudah disinggung oleh teknologi zaman dahulu. Dengan begitu maka ada teknologi zaman sekarang. Sebetulnya teknologi zaman sekarang lahir akibat ketidakpuasan manusia akan teknologi masa lalu.
Dalam pembahasan pelajaran sehari-hari, kebanyakan kita hanya mengetahui betapa canggihnya dunia barat, padahal kalau dikaji lebih dalam lagi, sebetulnya dunia islampun memiliki kejayaan yang bahkan lebih canggih dari dunia barat. Kemajuan teknologi dunia islam tidak terlepas dari pengaruh nabi-nabi yang pernah menjadi kahlifah di muka bumi ini. Bahkan dalam Al-qur’an digambarkan sangat canggihnya teknologi zaman dahulu di Negara islam.

Selasa, 07 Juni 2011

Kenyetaan dan harapan Kompetensi konselor

KOMPETENSI KONSELOR : KENYATAAN DAN HARAPAN*
Oleh Dr. Zulfan Saam

A.   PENDAHULUAN
Portofolio dalam sertifikasi guru merupakan bukti fisik atau dokumen yang menggambarkan pengalaman berkarya, bekerja atau prestasi yang telah dicapai oleh guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk menilai kompetensi guru yang bersangkutan yang mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Bagaimana gambaran prestasi atau hasil kerja yang telah dicapai guru selama menjalankan tugas sebagai pendidik dan agen pembelajaran tergantung pada tingkat kompetensi guru yang bersangkutan. Hasil sertifikasi guru bimbingan dan konseling (BK) dalam jabatan melalui portofolio di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Rasionalisasi Pengendalian Diri Dalam Menghadapi Masalah Sosial

 
RASIONALISASI PENGENDALIAN DIRI DALAM
 MENGHADAPI MASALAH SOSIAL
Oleh
Fitra Herlinda, M.Ag *
A.    PENDAHULUAN
Mencermati fakta dan realita yang terjadi sekarang ini, siswa menunjukkan sikap dan prilaku yang tidak terpuji seperti perkelahian antar pelajar, bahkan sebagai anggota masyarakat penodongan sampai penganiayaan dan pembunuhan. Hal ini diperkuat dengan adanya di kalangan siswa yang berbuat anarkis, siswa yang berkata kasar, menantang guru dan tidak hormat, kecenderungan melanggar disiplin sekolah dan lain sebagainya. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa yang berperilaku demikian di samping tidak bermoral juga siswa tersebut menunjukkan punya masalah sosial dalam menjalani kehidupan ini.
Kenyataan lain  ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan bahagia. Walau apapun keadaan yang dihadapinya, , tidak cocok dengan orang lain. Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka mengganggu, melanggar hak dan ketentangan orang lain, suka mengadu domba, menfitnah, menyeleweng, menganiaya, menipu dan sebagainya.
Dizaman reformasi dan globalisasi ini, tantanan kehidupan masyarakat banyak mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi diberbagai bidang kehidupan yaitu dibidang politik, sosial dan budaya. Danpak positif dari era ini adalah banyaknya peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk terus berfikir, meningkatkan kemanpuannya, dan tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya saat ini.
Diantara dampak negative tersebut adalah banyaknya tantangan dan masalah baru yang bermunculan dimasyarakat kita. Masalah itu adalah adanya keresahan hidup dimasyarakat semangkin meningkat, adanya kecenderungan pelanggaran disiplin secara terbuka oleh sebagian massyarakat dan adanya ambisi yang berlebihan untuk memaksa kehendak adanya kecenderungan masyarakat lain dari masalah, yang pada hakekatnya memicu terjadinya konflik dengan orang lain.
Tidak seorang pun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagian dalam hidup. Dan semua orang akan berusaha mencari kebahagian tersebut, meskipun tidak semuanya dapat mencapainya, yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan. Keadaan yang tidak memungkinkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu saja, baik kaya ataupun miskin, tua ataupun muda, yang berpangkat ataupun rakyat biasa. Semua ini diperkaya lagi oleh pengaruh-pengaruh dari luar seperti arus globalisasi dan informasi yang membuat sesuatu itu lebih singkat, lebih dekat, lebih terbuka dan lebih mudah. Tapi dipegang dan dipakai oleh orang-orang tanpa dilandasi dengan nilai-nilai religius yang kuat.

*) Fitra  Herlinda, M.Ag. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau. Makalah disampaikan dalam kegiatan Seminar Internasional “Peranan BK dalam meningkatkan Mutu Pendidikan” yang diselenggarakan oleh Prodi BK Jurusan KI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, pada tanggal 5 Juni 2010 di Rektorat UIN Suska Riau.

Peran konselor dalam peningkatan kedisiplinan siswa di sekolah


A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, diciptakan Allah dengan berbagai potensi, terutama akal pikirannya. Manusia memiliki empat dimensi yang semuanya harus seimbang sehingga ia bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Dimensi tersebut meliputi dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan serta keberagamaan. Masing-masing dimensi harus tumbuh dan berkembang pada diri manusia dalam kuantitas dan kualitas yang seimbang.
Menyoroti dimensi kesusilaan dari manusia, bicara tentang tata tertib, norma, aturan,nilai, kebiasaan,moral,adat yang berlaku dan harus dipatuhi oleh manusia agar hidupnya teratur, selamat, dan bahagia berdampingan dengan manusia lainnya . Dimensi ini menunjukkan tingginya harkat martabat manusia dari makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang. Kucing misalnya, bisa hidup sesuka hati tanpa terikat dengan aturan dan nilai-nilai, sehingga kucing dapat mengambil makanan yang bukan haknya tanpa izin. Terjadilah peristiwa kucing dipukuli, dan tidak jelas bentuk kesenangan, dan keteranturan hidup kucing.
Begitu pentingnya masalah aturan, nilai, moral, tata tertib, dan pendisiplinan bagi kehidupan manusia dalam rangka menjadikan harkat, martabat dan hidupnya sejahtera. Upaya untuk itu menjadi tugas dunia pendidikan dan pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran disiplin bagi individu. Kenyataannya masalah disiplin justru seperti momok yang menakutkan bagi penyelenggara pendidikan dan peserta didik. Hasil polling Gallup (dalam Geoff Colvin, 2008) yang diambil dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun lalu (di daerah Amerika) telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan perilaku siswa dalam peringkat tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah.

Kamis, 02 Juni 2011

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN
                                                                                  BAB I
                                                         PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Semua orang tahu bahwa dalam semua ikhitiar pendidikan guru mempunyai perana kunci, di samping factor-faktor lain seperti sarana dan prasarana, biaya, kurikulum, system pengelolaan, dan peserta didik sendiri. Apa yang kita siapkan dalam pendidikan berupa sarana dan prasarana,  biaya dan kurikulum, hanya akan berarti jika di beriarti oleh guru Dalam educational leadership (maret ,1993) , Ronald Brandt menyatakkan”,  Hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan seperti pembaruan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru, akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa mereka mengusai bahan pelajaran dalam strategi belajar mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-sungguh guna mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya peningkata mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal”.