Sabtu, 16 Juli 2011

Teknologi pada Masa Islam

TEKNOLOGI PADA MASA ISLAM
Oleh:
Boharudin

A.    Pendahuluan
Dalam perkembangan teknologi, tidak terlepas dari adanya perkembangan sains. Teknologi merupakan hasil karya dan cipta manusia. Adapun yang menjadi tujuan dari penciptaan teknologi adalah supaya mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perubahan kemajuan teknologi dari masa-kemasa merupakan bukti nyata dari semakin majunya pemikiran manusia. Teknologi yang ada sekarang, sebetulnya sudah disinggung oleh teknologi zaman dahulu. Dengan begitu maka ada teknologi zaman sekarang. Sebetulnya teknologi zaman sekarang lahir akibat ketidakpuasan manusia akan teknologi masa lalu.
Dalam pembahasan pelajaran sehari-hari, kebanyakan kita hanya mengetahui betapa canggihnya dunia barat, padahal kalau dikaji lebih dalam lagi, sebetulnya dunia islampun memiliki kejayaan yang bahkan lebih canggih dari dunia barat. Kemajuan teknologi dunia islam tidak terlepas dari pengaruh nabi-nabi yang pernah menjadi kahlifah di muka bumi ini. Bahkan dalam Al-qur’an digambarkan sangat canggihnya teknologi zaman dahulu di Negara islam.

Sebagai contoh Persia.[1] Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat manusia. Dan sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil ‘alamin, sehingga Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia. Dengan pernyataan diatas, memungkinkan adanya pertanyaan “Bagaimanakah Islam mempengaruhi peradaban dunia?”

B.     Pengertian Teknologi
Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis.
Untuk membatasi pengertian teknologi yang luas, maka pengertian teknologi dapat dikelompokan sebagai berikut :
1.      Teknologi sebagai barang buatan
Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi agar kelemahan yang dimiliki manusiapun menjadi sedikit berkurang. Tetapi barang-barang buatan tidak hanya terbatas pada kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang tadinya belum terpikirkan.
2.      Teknologi sebagai kegiatan manusia
Kegiatan manusia tidak lepas dari kegiatan membuat dan menggunakan. Kegiatan manusia itu merupakan bentuk dari teknologi itu sendiri.
3.      Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan
Kegiatan membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat (produk) dan ilmu menggunakan (komsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan dari pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber.[2]
Memahami teknologi tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam (nature science) dan rekayasa (engineering). Ilmu pengetahuan alam adalah input bagi proses ilmu rekayasa sedangkan teknologi adalah hasil proses rekayasa.
Di antara ketiganya, IPA menggunakan lambang-lambang komunikasi yang paling pasti seperti matematika, fisika, kimia, biologi sehingga kemungkinan untuk disalah mengerti kecil sekali. Proses rekayasa sudah barang tentu menggunakan lambing-lambang yang digunakan dalam IPA, tetapi Rekayasa juga sedikit menggunakan bahasa-bahasa yang digunakan dalam ilmu social sehingga mudah dipahami. Jadi Rekayasa adalah wilayah tengah-tengah, dimana dapat menggunakan lambing-lambang dalam IPA dan juga mampu di pahami karena terdapat ilmu sosialnya. Sedangkan Teknologi, kerena fungsinya adalah untuk mempermudah kegiatan manusia maka harus lebih dimengerti manusia sehingga teknologi mampu digunakan oleh manusia itu sendiri.
Kami berpikiran sekarang ini manusia tidak hanya sekedar tinggal di dunia ini tetapi juga sekaligus tinggal di dalam alam teknologi ciptaan manusia itu sendiri yang tentunya tidak lepas dari izin Allah ta’ala. Lalu apa artinya??? Maksudnya adalah :
  • Manusia tidak dapat dipisahkan lagi dengan teknologi
  • Manusia memerlukan teknologi dalam seluruh aspek kehidupannya
  • Teknologi menjadi tempat dan lingkungan hidup manusia (habitat).
Teknologi akan memberikan pengaruh dalam kelangsungan hidup manusia dan manusia pun terus mempengaruhi maju atau tidaknya teknologi.
C.  Perkembangan Teknologi di Dunia Islam
Sekilas tentang peradaban Islam dan periode kejayaan peradaban Islam. Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang memilliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang luas.[3] Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Islam dalam menegakkan peradabannya tidak hanya memandang satu sisi kehidupan dunia dengan pencapaian kebudayaan yang dapat memajukan peradabannya, akan tetapi juga memperhatikan prinsip pencapaian kebahagiaan kehidupan akhirat, dengan memberikan ajaran dengan cara berkehidupan yang bermoral dan santun dalam memandang keberagaman dunia.
Dalam memahami peradaban Islam, amat penting untuk mengingat tidak hanya keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologis dan filosofis pada doktrin-doktrin Islam, bahkan pada bidang hukum Islam. Tidak ada kesalahan yang serius daripada pendapat yang menegaskan bahwa Islam adalah realitas yang seragam, dan peradaban Islam tidak mengapresiasi ciptaan atau eksistensi beragam. Meskipun kesan adanya keseragaman sering mendominasi segala hal yang berkaitan dengan Islam, sisi keragaman di bidang interpretasi agama itu sendiri selalu ada, sebagaimana juga terdapat aspek beragam pada pemikiran dan kultur Islam. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw sebagai pembawa ajaran Islam, menganggap bahwa keragaman pendapat para pemikir Muslim adalah sebuah karunia Tuhan.[4] Namun dengan segala keberagamannya tersebut, masih saja terlihat kesatuan yang amat mengagumkan tetap mempengaruhi peradaban Islam, sebagaimana hal tersebut telah mempengaruhi agama yang melahirkan peradaban itu, dan membimbing alur sejarahnya selama berabad-abad.
Demikianlah Islam dengan ajaran suci dan universal sebagaimana yang telah diwahyukan, mengalami perkembangan dari masa ke masa. Adapun penyebaran Islam dan torehan peradabannya ke penjuru dunia, tak kan lepas dari metode dan sistem penyebarannya, mulai dari perdagangan, korespondensi (seperti yang dilakukan Rasulullah dengan mengirim surat kepada para raja Mesir, Persia, dll.), diplomasi politik, sampai pada peperangan perebutan kekuasaan dan pendudukan wilayah.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa Rasulullah saw pada abad ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan peradaban Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Dan pereodisasi peradaban Islam tersebut, secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode.[5]
Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam imam kita selama enam abad”.[6]
Dalam bidang teknologi, seorang pakar jam yakni Muhammad ibn Ali ibn Rustam al-Khurasani telah menciptakan jam yang modern pada masanya, beliau dijuluki ­as-Sa’ati (sang pembuat jam). Pada abad ke-13 M terdapat seorang pakar mekanika muslim, yang bernama Abu Isa Ismail ibn Razzaz Badi al-Zaman al-Jazari, beliau menulis disertasi tentang sebuah alat mekanika geometrik yang bisa diaplikasikan pada perkakas hidrolik seperti air mancur, karya tersebut merupakan karya terbaik dalam bidang mekanika terapan. Adapun pengembangan kincir angin telah dipelopori oleh Qaisar ibn Abu Qasim (w. 1251 M), bahkan beberapa bentuk kincir anginya masih dapat dilihat di Orontes dan merupakan salah satu bukti kejayaan Hama.
Dalam bidang teknologi optik, terdapat Ibnu al-Haitsam sang pelopor optik modern, karya monumentalnya adalah “Kitab al-Manazhir” (Kamus Optik).[7] Beliau telah melakukan riset dengan 27 jenis lensa yang berlainan, beliau pun menemukan hukum refleksi dan refraksi, menjelaskan secara detil tentang pembiasan cahaya, penelitian cermin sferis dan parabola, beliau telah memberikan gambaran tentang mata, penglihatan, menjelaskan cara kerja teropong, serta memberikan uraian mengapa matahari dan bulan kelihatan semakin besar ketika makin dekat dengan cakrawala. Di lain pihak, ada al-Biruni yang telah menciptakan alat-alat ukur untuk gaya gravitasi berbagai logam khusus dan batu-batu mulia, alatnya ini dapat pula mengukur garis bujur dan garis lintang bumi, alatnya memiliki ketelitian sampai tiga desimal.
Pada masa lalu, kaum muslim juga mengembangkan pemandian uap panas yang dinamakan Hammam; kaum muslim pun merupakan orang yang pertama kali menggunakan jarum magnetik (kompas) untuk menentukan arah pada saat mereka ditengah samudera. Jika orang-orang Cina hanya menggunakan sodium nitrat sebagai bahan peledak yang ringan, maka lain halnya dengan kaum muslim, mereka telah menggunakan bahan peledak dengan daya lontar dan daya hantam yang tinggi; para sejarawan pada umumnya memang menulis bahwa senapan digunakan pertama kali pada perang Cressi; tetapi dari riwayat otentik sejarawan muslim, terungkap senapan telah digunakan sebelum perang tersebut sekitar tahun 1205, yang digunakan Yakub ketika menaklukan kota Medra (di Afrika), senjata tersebut digunakan untuk menembaki dinding benteng. Simaklah penuturan Ibnu Khaldun[8] sebagai berikut:
“Abu Yusuf, Sultan (penguasa) maroko, mengepung kota Sijilmasa pada tahun 1273 M. Ia memasang berbagai peralatan untuk mengepung kota. Peralatan tersebut meliputi: Manjaniq, Urawi, dan Handam, yang digunakan untuk melontarkan (menembakkan) potongan-potongan besi ke arah musuh. Potongan-potongan besi itu dimasukkan ke dalam wadah yang disebut handam, kemudian bahan peledak yang ditaruh dibelakang wadah tersebut dinyalakan, akibatnya sangat luar biasa.”
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam menguraikan bahwa teknologi adalah alat peradaban dan sebuah peradaban besar seperti peradaban Islam yang berkembang di wilayah Arab pada abad ke-7 sampai abad ke-16 pasti didukung oleh penemuan-penemuan teknologi yang penting. (2002: 251) Perkembangan teknologi di dunia Islam meliputi berbagai bidang diantaranya ialah irigasi dan bendungan, penggunaan air dan angin sebagai sumber energi, pembuatan kapal, teknologi tekstil, dan lain-lain.
Pemanfaatan air dan angin sebagai sumber energi dianggap sebagai teknologi yang mengilhami perkembangan ilmu mekanika dalam dunia Islam. Salah satu inovasi mekanika utama pada masa itu adalah jam-air (klepsidra) sebagai pembangkit tenaga yang kuat dari kincir air. Tokoh seperti al-Jazari memberikan sumbangan besar bagi perancangan mesin dimana sedikitnya ada lima jenis mesin pengangkut air untuk memenuhi kebutuhan air di daerah-daerah kering di Arab terutama untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan pertanian. Penemuan teknologi tersebut sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air, yang merupakan kebutuhan pokok manusia, terutama di daerah-daerah yang minim air. Teknologi ini merupakan jawaban bagi keterbatasan ketersediaan alam bagi manusia. Orang-orang Muslim sejak abad ke-7 telah mengenal noria yang berfungsi untuk mengangkat dan mengalirkan air ke lokasi yang membutuhkan bila permukaan air rendah atau surut.
Teknologi pembuatan jembatan dan system irigasi tidak kalah pentingnya dalam perkembangan teknologi masa ini. Keadaan geografis suatu wilayah akan mempengaruhi jenis teknologi yang dihasilkan termasuk di negara-negara Islam pada Abad Pertengahan yang memiliki banyak sungai besar dan iklim kering di beberapa wilayahnya. Teknologi pembuatan jembatan berkembang dari jembatan yang lazim digunakan yaitu jembatan ponton sampai kepada tipe jembatan lengkungan bersegmen banyak. Sebagai contoh adalah jembatan Syahristan yang dibangun pada abad ke-12 di Isfahan dengan lengkungan banyak seperti jembatan pada masa kini yang mencerminkan kemajuan teknologi pada saat itu. Teknik irigasi yang berkembang pada zaman Islam tidak lepas dari teknologi irigasi yang telah ada seperti pada masyarakat Mesir Kuno. Pada masa Islam, teknik irigasi khusus memanfaatkan air bawah tanah dengan pipa yang disebut qanat yaitu terowongan yang nyaris horizontal yang menghubungkan sebuah sumber air bawah tanah ke lokasi yang membutuhkan air. Teknologi irigasi ini memberikan sumbangan yang sangat penting bagi dunia pada umumnya untuk mengatasi kelangkaan air di suatu wilayah.
Selain teknologi jembatan dan sistem irigasi, pembuatan kanal-kanal pun menjadi sebuah teknologi yang sama pentingnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air. Para ahli teknik muslim telah membangun bendungan untuk menyediakan dan mengatur air dalam sistem irigasi. Sekitar abad ke-9 telah dibangun bendungan di Tunisia dan Iran, kemudian abad ke-12 di bangun bendungan di Cordoba. Teknik pemetaan pun berkembang pesat untuk menentukan lokasi secara cermat untuk berbagai keperluan baik itu sipil dan astronomi maupun yang paling penting yaitu menentukan kiblat.
Aktivitas perdagangan dan militer di negara-negara Islam mendorong berkembangnya teknologi perkapalan seperti pembuatan kapal serta pendirian galangan kapal. Dunia Islam memperkenalkan tipe kapal dagang dan kapal perang yang memberikan sumbangan besar baik bagi aktivitas perdagangan dunia maupun militer. Galangan kapal pertama didirikan di Pulau Rawdah, Mesir dan kemudian menyebar hampir di setiap pelabuhan penting di negara-negara Islam seperti Iskandariyah, Tripoli, Tunisia, dan lain-lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi perkapalan maka keperluan navigasi pun sangat penting yaitu dengan penemuan kompas sebagai petunjuk arah. Penggunaan magnet dalam kompas menjadi sebuah penemuan teknologi penting pada masa itu.
Perkembangan teknologi dalam bidang militer ditandai dengan penggunaan senjata seperti pedang, tombak dan panah serta penggunaan peralatan perang yang tergolong artileri berat seperti ballista, alat pelantak untuk menembus dinding pertahanan musuh, meriam dan pelontar misil. Berbagai senjata pembakar juga telah digunakan sejak awal sejarah Islam. Istilah Arab yang digunakan untuk menyebut senjata pembakar sama dengan istilah untuk minyak bumi yaitu naft. Bahan untuk membuat senjaata pembakar antara lain adalah salah satu friksi dari hasil distilasi minyak bumi, campuran ter, resin dan belerang, campuran batu kapur dan belerang, sendawa, dan lain-lain. Bahan pembakar ini dilontarkan dengan alat yang disebut pipa siphon dan ini merupakan senjata utama kaum Islam dalam perang salib. Penggunaan mesiu dan granat serta roket merupakan teknologi dalam bidang militer yang tidak kalah penting yang telah dihasilkan pada masa Islam.
Tidak hanya bidang militer dan pengairan, teknologi pada masa Islam juga ditandai dengan berkembangnya ilmu kimia yang memicu pertumbuhan industri di negara-negara Islam meliputi industri parfum, minyak asiri, penyulingan minyak bumi, sabun, gelas, keramik, tinta dan zat pewarna, pencelup, tekstil, kertas dan kulit. Distilasi atau penyulingan merupakan proses yang paling penting dalam teknologi kimia Islam dan menjadi basis bagi berkembangnya industri tersebut. Kitab yang ditulis oleh Ar-Razi dengan judul Sirr al-Asrar mengungkap bagaimana teknologi penyulingan minyak bumi, pembuatan sabun, gliserin dan minyak zaitun. Sumbangsih Islam terhadap perkembangan teknologi dunia sangat besar dengan penemuan-penemuan seperti tinta, kertas, cat minyak, roda pemintal serta tekstil.
Teknologi pertanian dan pangan pun terjadi di dunia Islam. Orang-orang Islam sangat rajin mempelajari tanaman-tanaman baru salah satunya ialah jenis tanaman tropis yang kemudian diperkenalkan di wilayah islam yang relative kering sehingga akan merubah irama agrikultur tahunan yaitu bercocok tanam tidak hanya pada musim dingin saja tetapi juga pada musim panas. Akibatnya penggunaan lahan menjadi semakin produktif, system irigasi diperbaiki dan diperluas, dan berkembang pula jenis pupuk serta cara pembajakan baru. Teknologi pengawetan makanan berkembang dengan bervariasinya metode pengawetan mulai dari pengeringan, pengasinan sampai pengasapan. Teknologi pengawetan makanan ini menunjang usaha pemasaran hasil pertanian dan peternakan.
Dunia Islam mengembangkan teknologi pertambangan dan pengolahan hasil tambang serta perhiasan. Pola pertambangan diperkenalkan oleh dunia Islam yaitu tambang bawah tanah dan tambang terbuka dengan teknik pengeboran terowongan. Kedua pola ini sampai saat ini masih terus dipergunakan. Pengolahan bijih hasil tambang mencakup proses penghancuran, penggilingan, pemilahan dan pencucian. Setelah proses pengolahan tersebut maka dilakukan tahap penyulingan dengan menggunakan tungku tiup. Teknologi perhiasan berkembang pesat terutama pada zaman dinasti Abbasiyah dengan tokohnya ialah al Biruni yang menerangkan tentang proses pengolahan biji emas dan pemisahannya dari perak.
Teknologi pada masa Islam terjadi dalam berbagai bidang dan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan manusia sesudahnya. Teknologi pada masa Islam dianggap sebagai pencetus bagi perkembangan teknologi selanjutnya. Sumbangan Islam bagi dunia tidak hanya teknologi sebagai sebuah produk saja tetapi dilengkap dengan uraian rinci mengenai pembuatan produk teknologi tersebut. Hal inilah yang kemudian memberikan pengaruh bagi perkembangan sain dan teknologi sesudahnya.[9]
D.    Faktor-Fakor Utama Kebangkitan Ilmu, Sains dan Teknologi
Setiap bangsa manapun pasti secara fitrahnya, menghendaki menjadi negara maju dan memiliki perkembangan yang pesat dalam bidang Ilmu, Sains dan Teknologi; tiada yang mau jadi negara nomor dua. Karena itu terdapat beberapa teori terkait faktor-faktor apa saja yang bisa menghantarkan suatu bangsa menuju kemajuan di bidang tersebut:
1.      Pertama, Faktor Sumber Daya Manusia
Kaum individualis berpandangan, maju dan mudurnya suatu peradaban dipengaruhi oleh faktor kualitas SDM di suatu negeri, jika SDM nya unggul maka negeri tersebut unggul. Pernyataan ini bisa jadi benar di aspek individu namun keliru jika kita lihat lebih luas lagi. Bayangkan disebuah negeri terdapat sarjana yang sangat banyak, namun ketika mereka mau berkarya, akses Sumber Daya Alamnya dikuasai oleh asing sehingga mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk berkarya; lalu mereka tidak didukung oleh pemerintahnya, setelah lulus mereka tidak ditempatkan pada posisi sesuai bidang keahlian, karena para aparat pemerintahannya bisa disuap, sehingga posisi-posisi yang mestinya diisi orang pilihan malah diisi oleh orang yang tidak berkompeten.
Maka sekedar banyak sarjana dan orang pinter tidak otomatis negara tersebut akan maju dan meraih kebangkitan ilmu, sains dan teknologi yang diharapkan. Karena perlu dukungan subjek yang lain seperti SDA dan Political Will pemerintahnya dalam menciptakan dukungan riil terhadap para intelektual agar bisa mengaplikasikan Ilmunya.
2.      Kedua, Faktor Sumber Daya Alam
Kaum kapitalis, berpandangan bahwa Sumber Daya Alam adalah faktor utama kebangkitan Ilmu, Sains dan Teknologi, mereka menduga yang penting kaya sumber daya alam pasti negara tersebut makmur. Pendapat ini kurang tepat sebab kalau SDA nya melimpah namun tidak ditunjang oleh orang-orang yang ahli, yang terjadi adalah pemborosan APBN negara, karena banyak SDA yang akan ludes sia-sia karena faktor human error dan kesalahan-kesalahan lainnya sehingga SDA akan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Belum lagi jika sumber daya memang kaya namun SDM nya kurang bermutu dan ditambah Pemerintahnya kurang peka, akhirnya negara tersebut akan memanfaatkan SDM negara lain, dan SDM negara lain itulah yang kelak akan mencuri SDA yang ada dengan berbagai dalih.
3.      Ketiga, Faktor Dukungan Pemerintah
Kaum sosialis-komunis berpandangan, peran negara sangat penting dalam menunjang SDM agar berkualitas dan SDA agar pengelolaannya bisa mandiri. Pandangan seperti ini tidak salah, namun kurang benar. Karena negara yang mempunyai kebijakan seperti itu hanya negara Ideologis,[10] sedangkan di dunia ini negara Ideologis sangat sedikit, yang banyak adalah negara pembebek, negara-negara pembebek tersebut memang mengatur SDA dan SDM namun dengan cara yang salah, karena mereka dikendalikan oleh negara Ideologis. Jadi sekedar ada peran negara dalam mengatur SDA dan SDM, tidak otomatis menjadikan negeri tersebut bangkit dalam Ilmu, Sains dan Teknologi. Karena ada faktor lain yakni Ideologi –sudut pandang yang melahirkan sikap ideal- yang akan menjadikan negara tersebut benar benar memiliki pengaturan yang optimal terhadap SDA dan SDM.
4.      Keempat, Faktor Ideologis
Faktor Ideologis inilah sebenarnya yang akan menghantarkan kepada kebangkitan, walaupun SDA minim, dia akan berupaya mencari subtisusi SDA yang lain sehingga kebutuhan industrinya akan tercukupi dan negara tersebut tidak bergantung kepada negara lain, justru negara lain bergantung kepadanya; jika SDM lemah, maka negara Ideologis akan menciptakan pendidikan bermutu dalam melahirkan SDM berkualitas. Ideologi yang benar adalah yang bersumber dari wahyu, karena itu hanya Islam sebenarnya yang akan menciptakan teknologi yang benar-benar bermanfaat untuk kepentingan umat manusia.
Negara ideologis yang tidak berdasarkan wahyu, hanya akan menciptakan ekspolitasi, penjajahan, manupulasi dan monopoli kepentingan dalam bidang Ilmu, Sains dan Teknologi. Karena itu ideologinya harus diambil dari Islam, agar dunia aman dan sentosa dibawah naungan negara yang menerapkan ideologi tersebut. Pada masa keemasannya negara yang menerapkan ideologi wahyu adalah Khilafah Islamiyah. Karena itu jika kita ingin menciptakan Ilmu, Sains dan Teknologi yang benar-benar manusiawi maka pilihlah Ideologi Islam. Wallahu A’lam.

E.     Penutup
1.      Kesimpulan
Teknologi mempunyai arti seni kerajinan dan mengandung dua pengertian pokok yaitu kegiatan dan produk. Dari arti tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi telah diciptakan untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu, maka teknologi pun berubah seiring dengan berubahnya jenis kebutuhan yang harus dipenuhi manusia. Teknologi telah berkembang mulai yang sangat sederhana (obvious), sampai kini menjadi teknologi modern yang sangat rumit (complicated).
Teknologi yang diciptakan manusia pada intinya bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Pada masa purba, teknologi muncul dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan manusia yang tidak hanya dapat diperoleh dengan mengandalkan apa yang tersedia di alam saja tetapi juga membutuhkan hasil karya manusia.
2.      Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dari kurangnya sumber buku, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

H, Khoirudin  (1992), Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Liberti.
Sahari Besari, M. (2008), Teknologi di nusantara. Jakarta : Salemba Teknika.
Soemarwoto, Otto. (1994), Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung : Jembatan.
M. Abdul Karim (2009), Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Seyyed Hossein Nasr (2003), Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya : Risalah Gusti.
Samsul Munir Amin (2009), Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah.



[1] Afzalur Rahman,2007. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur’an: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. Cetakan II, Penerbit Mizania PT Mizan Pustaka, Bandung.
[3] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 (Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2009), hlm. 36
[4] Seyyed Hossein Nasr, Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya : Risalah Gusti, 2003), hlm. xviii
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 20-45.
[6] Samsul Munir Amin, hlm. 32.
[7] Karya beliau ini banyak di jiplak ilmuwan barat seperti: Roger Bacon, da Vinci, Kepler, bahkan Newton (Lihat: Ziaudin Sardar & Zafar Abas Malik, Muhammad For Beginners, Icon Books Ltd., Cambridge, 1994)
[8] Shahib al-Kutb. Science and Islam, K. Publication – London. 2002
[10] Negara ideologis ialah negara yang memiliki sikap tertentu dalam mengatur urusan kehidupan rakyatnya, sikapnya ini terlahir dari sudut pandang mendasar tertentu, memiliki teori dan konsep bernegara yang jelas, tidak membebek pada kepentingan asing, bahkan pihak asing itulah yang menjadi objek dan penguasaan Negara Ideologis.

1 komentar: