INTELEGENSI (KECERDASAN)
I. PENDAHULUAAN
Perkataan inteligensi (kecerdasaan) berasal dari kata intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern, inteligensi ialah menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuan. Disini terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri (adjustment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang inteligensinya tinggi (orang cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah baru yang dihadapinya, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
Terman memberikan pengertian inteligensi sebagai………the ability to carry on abstract thinking, dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa Terman berusaha menjelaskan ability yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Seseorang dapat dikategorikan sebagai orang yang cerdas, bila mempunyai kemampuan berpikir yang abstrak secara benar dan tepat.
Jadi dapat kita ketahui bahwa arti inteligensia (kecerdasan) adalah situasi kecerdasan pikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen), yang pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupan bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang dialami, dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Sehingga perbuatan cerdas dicirikan dengan adanya kesanggupan beraksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang sesuai dengan keadaan yang baru.
Tingkatan inteligensi (kecerdasan), tiap-tiap makhluk memiliki tingkat kecerdasan yang tidak sama satu dengan yang lainnya. contohnya tingkat kecerdasan antara manusia dengan hewan:
a) Kecerdasan Binatang
Pada umunya banyak orang keberatan menggunakan istilah inteligensi pada binatang, kerena mereka hanya mau menggunakan istilah itu pada manusia saja. Menurut hasil penyelidikan para ahli, bahwa kecerdasan itu bertingkat-tingkat. W.Kohler dalam penelitiannya menemukan adanya insight pada seekor simpanse, dengan cara menghadapkannya pada masalah bagaimana cara memperoleh pisang yang teletak diluar kandang. Ternyata kadang-kadang simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak, dan kadang-kadang gagal meraih pisang, kadang-kadang duduk sambil merenungkan, kemudian simpanse menemukan pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan tongkat yang berada tidak jauh dari kandang.
Dari penelitian yang dilakukan oleh W.kohler dapat kita ketahui bahwa simpanse berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan, padanya timbul sesuatu yang baru, yaitu perbuatan yang tidak terkandung dalam kekutan nurani. Simpanse dapat menolong dirinya dalam keadaan yang asing baginya, maka kelakuan seperti itu disebut dengan inteligen dan kesanggupan yang demikian disebut inteligensi.
Catatan: bahwa kecerdasan pada binatang sangat terbatas, yakni terikat pada suatu konkret, sebab kalau tongkat itu tidak tampak olehnya maka tidak mungkin ia dapat mancari tongkat sendiri untuk meraih pisang dan kecerdasan pada simpanse tidak dapat berkembang.
b) Kecerdasan Manusia
Kecerdasan anak-anak dipelajari berdasarkan percobaan yang telah dipraktikan dalam meneliti kecerdasan binatang. Usaha-usaha membandingkan perbuatan kera dengan anak-anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan perbuatan kecerdasaan anak. Bahkan jauh sebelum Kohler menyelidiki kecerdasan kera, Boutan telah mempelajari dan membandingkan perbuatan kera dengan anak-anak kecil.
Hasil dari penyelidikan Boutan dapat memberi kesimpulan sebagai berikut: Anak-anak kecil yang berusia lebih kurang 1 tahun (belum dapat berbicara) tingkat kecerdasannya hampir sama dengan kera. Sebagaimana soal yang dihadapi pada kera dapat diselesaikan oleh anak-anak. Oleh kerana itu umur anak-anak pada usia kira-kira 1 tahun sering disebut “umur simpanse”.
kemampuan menggunakan bahasa (berbicara) merupakan garis pemisah antara hewan dengan manusia. Menurut Boutan, anak-anak yang sudah dapat berbicara sudah bisa berkerja seperti manusia kecil, dan sesudah dapat berbicara majulah ia dan makin lama makin jauh melebihi angka kecerdasan kera.
Perbedaan antara kera dengan manusia, kera dalam mengatasi kesulitan hidupnya ia menggunakan alat yang menjadi miliknya. Misalnya kuku, paru, dll. Sedangkan manusia menggunakan, membuat, menemukan, dan memelihara barang yang dimilikinya, untuk mengatasi berbagai problem hidup dan barang-barang (harta) itu selalau dikembangkan dan disempurnakan untuk keperluan hidupnya.
II. PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM TEORI INTELIGENSI (KECERDASAN)
1. Teori Faktor (Charles Spearman)
Teori factor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yang terdiri atas dua factor utama, yakni factor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu, dan factor “s” (specific) yang menyakut berbagai factor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Kedua factor ini kadang-kadang tumpang-tindih, tetapi juga sering berbeda. Factor “g” lebih banyak memiliki faktor genetis dan factor “s” lebih banyak diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
2. Teori Struktur Inteligensi (guiford)
Menurut Guiford struktur kemampuan inteligensi terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga Parameter, yaitu Operasi, Produk, dan Konten. Parameter Operasi terdiri dari atas Evaluasi, Produksi, Konvergen, Produksi, Divergen, Memori, dan Kongnisi. Parameter Produk terdiri atas Unit, Kelas, Relasi, System, Transformasi,dan Implikasi. Parameter Konten terdiri dari atas Figurasi, Simbolis, Semantic dan Prilaku.
3. Teori Incremental
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/ kecerdasannya melalui belajar.
4. Teori Unit factor (Wilhelm Stern)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh kerena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri taerhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalah, bersifat umum pula. Kapasitas itu tumbul akibat pertumbuhan ataupun akibat belajar.
5. Teori Multifaktor (E.L Thorndike)
Menurut teori ini inteligensi terdiri atas bentuk hubungan Neural antara Stimulus dengan Respons. Hubungan Neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Manusia diperkirakan memiliki 13 belas miliar urat saraf, sehingga memungkinkan adanya hubungan Neural yang banyak sekali. Jadi, menurut Teori ini adalah jumlah koneksi aktul dan pontensial di dalam System Saraf.
6. Teori Primary Mental Ability (Thurstone)
Teori ini menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, dengan membagi inteligensi menjadi kempuan Primer, yang terdiri atas kemampuan Numerical/Matematis, Verbal atau berbahasa, Abstraksi, berupa Visualisasi atau Berfikir, membuat keputusan, Induktif maupun Deduktif, mengenal atau Mematikan dan Mengingat.
7. Teori Sampling (godfrey H. Thomson)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasi oleh pikiran manusia. Masing-masing bidang hanya terkuasi sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan atau pengalaman dunia nyata.
B.ALAT-ALAT untuk MENGUKUR KECERDASAN (INTELIGENSI)
Untuk mengukur kecerdasan anak yaitu dengan menggunakan tes-tes yang untuk menngetahui seberapa tinggi tingkat inteligensi seseorang. Ada 4 tes untuk dapat mengetahui tingkat inteligensi seseorang yaitu:
1. Inteligensi-Tes-Binet-Simon
Binet dan Simon keduanya Bangsa Prancis, yang menyelidiki inteligensi anak-anak berumur 3-15 tahun, untuk hubungan dengan sekolahan. Isinya antara lain menirukan kalimat-kalimat, menyebut deretan angka-angka, membuat kalimat dengan 3 perkataan.
Dengan tes ini kita mendapat perbandingan kecerdasan (PK) atau inteligensi Quotient disingkat IQ.
IQ tersebut kita dapatkan dengan cara membagi umur kecerdasan (MA=Mental age) ialah jumlah nilai jawaban yang betul dibagi umur kelender (CA=Chrological Age) ialah umur anak yang diselidiki, kemudian dikalikan 100.
Percobaan:
Mula-mula kita ajukan 5 pertanyaan yang sesuai dengan umur anak misalnya, anak berumur 6 tahun kita ajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk anak umur 6 tahun. Kalau pertanyan-pertnyaan tersebut terjawab, lalu diajukan pertanyaan diatas (untuk umur 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun, dan selanjutnya) sampai sama sekali tidak ada lagi ada pertanyaan yang terjawab.
Tetapi kalau pertanyaan yang pertama (untuk umur 6 tahun) ada satu atau lebih pertanyaan yang dijawab salah maka diajukan pula pertanyaan-pertanyaan untuk umur dibawah (5 tahun, 4 tahun, dan 3 tahun) sampai terjawab semua. Kemudian kita hitung umur kecerdasan, caranya: pertanyaan-pertanyaan yang terjawab semua ( lima pertanyaan ),di nilai sama dengan umur pertanyaan,sedangkan jawaban-jawaban yang betul lainnya masing-masing dinilai seperlima, kemudian semuanya dijumlahkan. Jumlah tersebut dibagi dengan umur anak, kemudian dikali seratus, maka kita dapatkan IQ.
Contoh :
Tanda + = betul
Tanda - = salah
1.Very berumur 6 tahun ( umur kalender = chronological Age = CA )
Umur pertanyaan jawaban nilai
6 th + + + + + = 6 th
6 th + - + + + = 4/5 th
8 th + + - - - =2/5 th
9 th - - + - - =1/5 th
10 th - - - - - =0 th
Umur kecerdasannya = 7 2/5 th
Jadi, IQ Very :
MA=72/5 x100=123
CA 6
2. Test Tentara (Army Mental Test) di Amerika
Pada tahun 1917 Amerika Serikat terpaksa ikut dalam perang Dunia 1 melawan Jerman. Kerana itu, Amerika terpaksa membentuk tentara meliputi 1.700.000 orang calon anggota tentara, dan dikerjakan oleh lebih 1000 orang pemeriksa dalam 35 asrama. Dalam tes tersebut digunakan Psikoteknik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing. Kerana itu, tes meliputi Senegara Tes ini kemudian disebut National Inteligence Test.
3. Mental Tes
Ialah Test untuk mengetahui segalah kemampuan jiwa seseorang yang meliputi Fantasi, Ingatan, Pikiran, Kecerdasan, Perasaan. Jadi inteligensi tes hanya merupakan bagian dari mental Test.
4. Scholastic Test
Ialah test untuk mengetahui tingkat pengajaran pada tiap-tiap mata pelajaran, pada tiap-tiap kelas. Yang harus dipentingkan ialah berkerja dengan cepat dan baik. Test ini hanya berguna untuk mengganti ulangan umum atau ujian.
III. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa defenisi teori kecerdasan adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikirnya sesuai dengan tujuan masalah yang digunakan. Setiap makluk mempunyai tingkat kecerdasan masing-masing, binatang kera (simpanse) mempunyai tingkat kercerdasan namun ia tidak dapat mengembangkan tingkat kecerdasannya itu untuk kerana tidak berkembangnya bahasa pada hewan. Namun jika manusia yang masih berumur 1 tahun tingkat kecerdasannya masih sama dengan tingkat kecerdasan kera (simpanse), yang menjadi perbedaan ketika anak itu sudah dapat berbahasa berbicara. Sebab menurut Buotan anak-anak yang sudah dapat berbicara sudah dapat bekerja seperti manusia kecil.
Dengan adanya defenisi tentang kecerdasan maka timbulah Teori Kecerdasan diantaranya ada: Teori Factor, teori ini berpendapat bahwa struktur inteligensi terdiri dari dua factor yaitu: “g” (general) dan factor “s” (specific). Teori Struktur Inteligensi yang menurut Guilford kemampuan intelektual terdiri dari 150 kempuan dan memiliki tiga parameter. Teori Unit Factor, teori ini menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum yang dimiliki oleh setiap orang. Kemudian ada Teori Incremental, Teori Multifactor , Teori Primary Mental Ability, dan Teori Sampling.
Setelah adanya pengertian tentang kecerdasan, ditambah dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahlinya, maka terciptalah sebuah alat ukur yang bisa mengetahui inteligensi seseorang untuk dapat menempatkan tingkat kecerdasan yang sesuai. Diatas telah dijelaskan bahwa ada 4 macam test yang dapat digunakan dalam test inteligensi yaitu: Inteligensi- tes Binet-Simon, Army Mental Test, Mental Tes, dan Scholastic Test.
Namun dari teori, maupun alat ukur yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu teori bisa kurang tepat dalam menentukan kecerdasan kerna hanya teori dalam Al-qu’anlah yang mempunyai kesempurnaan. Kemudian alat ukur juga dapat mempunyain kekeliruan dalam memeriksa test yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Howard S, dkk. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar