Senin, 09 Mei 2011

Teknik Pembuatan Makalah


TEKNIK PEMBUATAN MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai bagian dari implementasi terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi, Mahasiswa, selain (di) wajib(kan) mengikuti proses pendidikan dan pengabdian terhadap masyarakat, juga dituntut untuk melakukan penelitian.
“Menulis Makalah” merupakan salah satu dari beberapa bentuk ekspresi mahasiswa dalam upaya melestarikan tradisi intelektual akademik. Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang mengeluh jika “Menulis Makalah” itu sulit, tidak gampang, ribet, banyak aturan, dan masih banyak alasan lain yang sebenarnya bisa kita carikan solusinya. Benarkah “Menulis Makalah” itu sulit? Inilah pertanyaan yang harus segera dijawab dalam tulisan sederhana ini.

Program Bimbingan dan Konseling

PROGRAM TAHUNAN
 PELAYANAN KONSELING


Sekolah/madrasah                  : MAN 2 MODEL PEKANBARU                                                                                                   
Tahun Ajaran                           : 2010/2011
Kelas                                        :  X                                                                                             Konselor                                  : Sustika Sari

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling


SATUAN LAYANAN
SUKSES DALAM MENGIKUTI UJIAN NASIONAL


A.     Topik permasalahan                      : Cara sukses mengikuti ujian nasional
B.     Bidang Bimbingan             : Belajar
C.     Jenis layanan                     : Layanan informasi dan pembelajaran
D.     Fungsi layanan                   : Pemahaman dan pencegahan
E.      Tujuan layanan                  : 1. Agar siswa dapat lulus UN dengan maksimal
2. Agar siswa dari dini dapat menyiapkan diri untuk UN
3. Agar siswa benar-benar dapat menguasai konsep atau diri dalam mengikuti UN

Keberadaan Bimbingan dan Konseling Dalam konteks Pendidikan di Indonesia


KEBERADAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN DI INDONESIA
A.      LANDASAN
1.      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
3.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.
4.      Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
5.      Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah.
Pengembangan diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Penjelasan tentang pengembangan diri yang tertulis dalam struktur kurikulum dijelaskan bahwa :
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap konseli sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir konseli.

Minggu, 08 Mei 2011

Psikologi Kematian

PSIKOLOGI KEMATIAN


A.    Latar Belakang
Kematian merupakan sesuatu yang penuh misteri sehingga banyak tinjauan tentang kematian itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi mistik, segi agama (religius). Tinjauan secara mistik dikaitkan dengan masalah-masalah takhayul, sedangkan tinjauan dari segi agama ada yang mengaitkan dengan masalah gaib. Lain pula tinjauan dari sisi ilmiah, kematian dijelaskan dengan penalaran ilmiah berdasarkan pengalaman manusia. Salah satu tinjauan ilmiah adalah tinjauan dari sisi psikologis.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris psikologi terikat pada pengalaman dunia. Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah mati, melainkan mempelajari bagaimana sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian, bagaimana jiwa manusia di saat-saat menjelang kematian (sakaratul maut).
Kepercayaan manusia terhadap kematian merupakan salah satu penggerak manusia beragama. Bahkan Durant mengatakan bahwa maut (kematian) adalah asal usul semua agama. Boleh jadi kalau tak ada maut, Tuhan tak akan wujud dalam benak manusia. Dua tokoh psikologi Freud dan Jung menyatakan bahwa ada hubungan erat antara kematian dan perilaku religius. Kematian yang tak terelakkan itu menginsafkan manusia dengan paling tajam akan ketidakberdayaan. Maut merupakan luka paling parah untuk narsisisme insani. Untuk menghadapi frustrasi terbesar ini, manusia bertindak religius.

Senin, 25 April 2011

Hasan Al- Banna

A.    Pendahuluan
  1. Latar Belakang
Hassan Al-Banna (1906-1949) adalah seorang tokoh yang fenomenal. Karena banyak pakar-pakar dalam studi islam kontemporer menilai dirinya sebagai pelopor dari gerakan-gerakan islam modern. Hal ini dilihat dari pergerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikannya, pemikiran-pemikiran dan sistem pengkaderan dari gerakan ini banyak diadopsi oleh berbagai organisasi dan gerakan-gerakan dan organisasi Islam kontemporer misalnya parta FIS di Aljazair, Partai Keadilan di Indonesia, IIIT di Amerika, MSA ( Muslim Student Association) di berbagai perguruan tinggi di Amerika, PAS di Malaysia, Partai Refah di Turki, demikian pula dengan cabang-cabang Ikhwanul Muslimin di negara lain, seperti di Yordania, dan di Sudan. Kebanyakan dari gerakan-gerakan tersebut menunjukkan eksistensi pada wilayah politik kenegaraan, hal ini tidak bisa dilepaskan dari konsep pemikiran gerakan tersebut (Ikhwan) dimana konsep ini sebagian besarnya dicanangkan oleh pendiri gerakan tersebut (Hassan Al-Banna), meskipun dalam perkembangannya terjadi beberapa perubahan dalam pemikiran gerakan ini. Gerakan Ikhwanul Muslimin ini sendiri diakui telah berhasil membendung arus sekularisme di Mesir, meskipun pada akhirnya gerakan ini dihancurkan pemerintah Mesir pada tahun 1960-an namun ketika gerakan ini dihancurkan, justru memberi kesempatan bagi para tokohnya yang keluar dari negara Mesir untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran ini di negara tempat mereka bernaung, dan hasilnya dapat dilihat dari kesamaan-kesamaan pemikiran yang tercermin pada gerakan-gerakan politik yang telah disebut sebelumnya, pemikiran yang menyatukan antara konsep islam dan negara (din wa daulah).

Kamis, 21 April 2011

KEDATANGAN ISLAM DAN ISLAMISASI DI ASIA TENGGARA

islKEDATANGAN ISLAM DAN ISLAMISASI DI ASIA TENGGARA



A.    PENDAHULUAN
Islam terus memutarkan roda penyebarannya, hingga ke seluruh penjuru dunia, hal ini mencakup pula wilayah RAS Melayu, yakni Asia Tenggara. Setelah Islam menyebar  di daerah Timur Tengah dan mengekspansi kekuasan ke wilayah-wilayah, kini giliran Asia Tenggara yang siap disinggahi dan disebari dakwah syia’ar Islam (Badri Yatim: 2007,176).
Asia Tenggara menjadi salah satu bagian negara terbesar, kategorinya yakni cakupan Islam yang luas, banyak berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini yang menjadi tolak ukur tentang pernyataan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah Islam terbesar dan terluas penyebaran syi’ar Islamnya. Dan di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura (Muzani, 1991: 23).

PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU RUSYD

PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU RUSYD



A.    PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.
Berfilsafat adalah bagian dari peradaban manusia. Semua peradaban yang pernah timbul didunia pasti memiliki filsafat masing-masing. Kenyataan ini juga sekaligus membantah pandangan bahwa yang berfilsafat hanya orang barat saja, khususnya orang yunani. Diantara filsafat yang pernah berkembang, selain filsafat yunani adalah filsafat Persia, cina, India, dan tentu saja filsafat islam.
Tokoh yang paling popular dan dianggap paling berjasa dalam membuka mata barat adalah Ibn-Rusyd. Dalam dunia intelektual barat, tokoh ini lebih dikenal dengan nama averros. Begitu populernys Ibnu Rusyd dikalangan barat, sehingga pada tahun 1200-1650 terdapat sebuah gerakan yang disebut viorrisme yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusydlah mereka mempelajari Fisafat yunani Aristoteles (384-322 s.M), karena Ibnu Rusyd terkenal sangat konsisten pada filsafat Aristoteles.

MENINJAU KEMBALI KENETRALAN METODE SKEPTISISME RENE DESCARTES

MENINJAU KEMBALI KENETRALAN METODE SKEPTISISME RENE DESCARTES



A.    Latar Belakang Masalah
            Masa pemikiran Barat-Modern, diawali dengan munculnya Renaissance sekitar abad ke-15 dan 16. Maksud pokok yang terpenting dari Renaissance adalah upaya melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani kuno.[1] Usaha demikian merupakan jalan keluar sekaligus jawaban atas problem kebudayaan Barat-tradisional dan Kristiani yang berkembang masa itu.
            Problem besar masa Renaissance adalah sebagaimana masa skolastik, yakni sintesa antara agama dan filsafat dengan arah yang berbeda.[2] Pada masa ini muncul kembali pemikiran Plato dan kaum Stoa yang dipahami (diintrepretasikan) dengan cara-cara yang baru.

RIWAYAT DAN PEMIKIRAN St. AUGUSTINUS

RIWAYAT DAN PEMIKIRAN St. AUGUSTINUS



A.    Pendahuluan
Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M sebagai putra seorang ibu yang saleh yaitu Momika.[1] Ayahnya bernama Patricius, seorang tuan tanah kecil dan anggota dewan kota yang kurang taat beragama hingga menjelang akhir hayatnya. Augustinus dididik dan dibesarkan secara Kristen kendatipun karena adat istiadat yang berlaku pada masa itu, ia tidak dibaptiskan ketika masih bayi.[2]
Dampak dari modifikasi Paulus, ekspansi teritorial, domestikasi dan terkooptasinya ajaran-ajaran Yesus Kristus oleh struktur kekuasaan imperium Romawi, maka doktrin-doktrin Kristiani setelah abad V M tidak lagi sekadar berwatak teologis, tetapi juga politis. Kesadaran, keagamaan para pengikut Kristus dengan terjadinya perubahan watak agama itu kerap mendampakkan sosoknya lebih politis. Ajaran Kristen sebagaimana telah dikemukakan dalam tulisan terdahulu terpolitisasi menjadi sebuah agama resmi Imperium Romawi. Agama yang dahulunya merupakan agama jelata, agama populis, karena dalam banyak sisinya tertransformasi menjadi para kaisar agama kaum elite dengan segala implikasinya.

Zeno

ZENO Sang Matematikawan Bengal Pencipta Banyak Paradoks
Tujuan kehidupan adalah hidup selaras dengan alam”
(“The goal of life is living in agreement with nature.”)


A.    Latar belakang
Pemikiran Zeno sangat dipengaruhi oleh gurunya. Parmenides menolak faham pluralisme dan realitas dalam berbagai macam perubahan: baginya segala sesuatu tidak dapat dibagi, realitas tidak berubah, dan hal-hal yang tampak dan berbeda hanyalah ilusi belaka, sehingga dapat dibantah dengan argumen/alasan. Tidak perlu disangsikan lagi, faham ini mendapat banyak kritikan tajam. Tanggapan terhadap kritik Zeno memicu sesuatu yang lebih nyata, namun mampu memberi dampak mendalam bagi filsafat Yunani bahkan sampai saat ini. Zeno berusaha menunjukkan bahwa suatu kemustahilan diikuti oleh logika dari pandangan Parmenides. Segala sesuatu dapat menjadi sangat kecil atau menjadi sangat besar. Paradoks ini sebagai bukti kontradiksi atau kemustahilan akibat asumsi-asumsi yang (tampak) masuk akal. Apabila dilihat lebih dalam maka paradoks mengarah kepada target spesifik yaitu menyangkut lebih atau kurang: pandangan orang atau aliran pemikiran tertentu. Zeno lewat paradoks berusaha menyatakan bahwa alam semesta ini tidak berubah dan tidak bergerak.
Mencoba menyingkap siapa yang menjadi target serangan Zeno relatif lebih mudah daripada mencoba memecahkan paradoksnya. Tahun kelahiran Zeno, menunjuk bahwa dunia remajanya dipenuhi dengan pandangan Pythagoras (580 – 475 SM) dan para pengikutnya (pythagorean). Tampaknya doktrin Pythagorean mau diserang Zeno, meskipun dugaan ini masih terlampau dini untuk disebut karena topik ini masih menjadi ajang perdebatan sampai sekarang.

RIWAYAT ARISTOTELES DAN PEMIKIRANNYA

RIWAYAT ARISTOTELES DAN PEMIKIRANNYA


A.    Pendahuluan
Salah satu filosuf yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan sendi-sendi pertama rasionalitas Barat adalah Aristoteles, yang merupakan murid Plato. Meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan pandangan, tetapi Aristoteles dianggap sebagai murid yang mewarisi pemikiran-pemikiran gurunya, dan dianggap sebagai salah satu tokoh penggerak zaman.
Dia juga dianggap sebagai peletak tonggak dasar dalam sejarah pemikiran Barat. Bahkan Michael H. Hart menilai bahwa Aristoteles adalah seorang filosuf dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau. Dia memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan. [1]

Muhammad Abduh

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berbicara mengenai Muhammad Abduh sangatlah melarik karena dari perjalanan yang diperoleh, mendorong Abduh memilih bidang pendidikan sebagai media pengabdian ilmunya dan sebagai tempatnya melontarkan ide-ide pembaharuannya. Dalam melihat dinamika dan wacana yag digagasnya Dalam pandangan Abduh, ia melihat bahwa semenjak masa kemunduran Islam, system pendidikan yang berlaku di seluruh dunia Islam lebih banyak dampak negative dalam dunia pendidikan. System madrasah lama akan menghasilkan ilmu pengetahuan modern., sedangkan sekolah pemerintah mengeluarkan tenaga ahli yang tidak mempunyai visi dan wawasan keagamaan.
Dengan melakukan lintas disiplin ilmu antara kurikulum madrasah dan sekolah, maka jurang pemisah antara golongan ulama dan ilmuwan modern akan dapat diperkecil. Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan al-Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq, Dimyat, dan Iskandariyah. Abduh berharap, melalui upayanya melakukan pembaharuan di lembaga pendidikan al-Azhar, maka pendidikan di dunia Islam akan mengikutinya.