Selasa, 07 Juni 2011

Kenyetaan dan harapan Kompetensi konselor

KOMPETENSI KONSELOR : KENYATAAN DAN HARAPAN*
Oleh Dr. Zulfan Saam

A.   PENDAHULUAN
Portofolio dalam sertifikasi guru merupakan bukti fisik atau dokumen yang menggambarkan pengalaman berkarya, bekerja atau prestasi yang telah dicapai oleh guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk menilai kompetensi guru yang bersangkutan yang mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Bagaimana gambaran prestasi atau hasil kerja yang telah dicapai guru selama menjalankan tugas sebagai pendidik dan agen pembelajaran tergantung pada tingkat kompetensi guru yang bersangkutan. Hasil sertifikasi guru bimbingan dan konseling (BK) dalam jabatan melalui portofolio di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Rasionalisasi Pengendalian Diri Dalam Menghadapi Masalah Sosial

 
RASIONALISASI PENGENDALIAN DIRI DALAM
 MENGHADAPI MASALAH SOSIAL
Oleh
Fitra Herlinda, M.Ag *
A.    PENDAHULUAN
Mencermati fakta dan realita yang terjadi sekarang ini, siswa menunjukkan sikap dan prilaku yang tidak terpuji seperti perkelahian antar pelajar, bahkan sebagai anggota masyarakat penodongan sampai penganiayaan dan pembunuhan. Hal ini diperkuat dengan adanya di kalangan siswa yang berbuat anarkis, siswa yang berkata kasar, menantang guru dan tidak hormat, kecenderungan melanggar disiplin sekolah dan lain sebagainya. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa yang berperilaku demikian di samping tidak bermoral juga siswa tersebut menunjukkan punya masalah sosial dalam menjalani kehidupan ini.
Kenyataan lain  ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan bahagia. Walau apapun keadaan yang dihadapinya, , tidak cocok dengan orang lain. Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka mengganggu, melanggar hak dan ketentangan orang lain, suka mengadu domba, menfitnah, menyeleweng, menganiaya, menipu dan sebagainya.
Dizaman reformasi dan globalisasi ini, tantanan kehidupan masyarakat banyak mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi diberbagai bidang kehidupan yaitu dibidang politik, sosial dan budaya. Danpak positif dari era ini adalah banyaknya peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk terus berfikir, meningkatkan kemanpuannya, dan tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya saat ini.
Diantara dampak negative tersebut adalah banyaknya tantangan dan masalah baru yang bermunculan dimasyarakat kita. Masalah itu adalah adanya keresahan hidup dimasyarakat semangkin meningkat, adanya kecenderungan pelanggaran disiplin secara terbuka oleh sebagian massyarakat dan adanya ambisi yang berlebihan untuk memaksa kehendak adanya kecenderungan masyarakat lain dari masalah, yang pada hakekatnya memicu terjadinya konflik dengan orang lain.
Tidak seorang pun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagian dalam hidup. Dan semua orang akan berusaha mencari kebahagian tersebut, meskipun tidak semuanya dapat mencapainya, yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan. Keadaan yang tidak memungkinkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu saja, baik kaya ataupun miskin, tua ataupun muda, yang berpangkat ataupun rakyat biasa. Semua ini diperkaya lagi oleh pengaruh-pengaruh dari luar seperti arus globalisasi dan informasi yang membuat sesuatu itu lebih singkat, lebih dekat, lebih terbuka dan lebih mudah. Tapi dipegang dan dipakai oleh orang-orang tanpa dilandasi dengan nilai-nilai religius yang kuat.

*) Fitra  Herlinda, M.Ag. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau. Makalah disampaikan dalam kegiatan Seminar Internasional “Peranan BK dalam meningkatkan Mutu Pendidikan” yang diselenggarakan oleh Prodi BK Jurusan KI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, pada tanggal 5 Juni 2010 di Rektorat UIN Suska Riau.

Peran konselor dalam peningkatan kedisiplinan siswa di sekolah


A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, diciptakan Allah dengan berbagai potensi, terutama akal pikirannya. Manusia memiliki empat dimensi yang semuanya harus seimbang sehingga ia bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Dimensi tersebut meliputi dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan serta keberagamaan. Masing-masing dimensi harus tumbuh dan berkembang pada diri manusia dalam kuantitas dan kualitas yang seimbang.
Menyoroti dimensi kesusilaan dari manusia, bicara tentang tata tertib, norma, aturan,nilai, kebiasaan,moral,adat yang berlaku dan harus dipatuhi oleh manusia agar hidupnya teratur, selamat, dan bahagia berdampingan dengan manusia lainnya . Dimensi ini menunjukkan tingginya harkat martabat manusia dari makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang. Kucing misalnya, bisa hidup sesuka hati tanpa terikat dengan aturan dan nilai-nilai, sehingga kucing dapat mengambil makanan yang bukan haknya tanpa izin. Terjadilah peristiwa kucing dipukuli, dan tidak jelas bentuk kesenangan, dan keteranturan hidup kucing.
Begitu pentingnya masalah aturan, nilai, moral, tata tertib, dan pendisiplinan bagi kehidupan manusia dalam rangka menjadikan harkat, martabat dan hidupnya sejahtera. Upaya untuk itu menjadi tugas dunia pendidikan dan pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran disiplin bagi individu. Kenyataannya masalah disiplin justru seperti momok yang menakutkan bagi penyelenggara pendidikan dan peserta didik. Hasil polling Gallup (dalam Geoff Colvin, 2008) yang diambil dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun lalu (di daerah Amerika) telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan perilaku siswa dalam peringkat tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah.

Kamis, 02 Juni 2011

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN
                                                                                  BAB I
                                                         PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Semua orang tahu bahwa dalam semua ikhitiar pendidikan guru mempunyai perana kunci, di samping factor-faktor lain seperti sarana dan prasarana, biaya, kurikulum, system pengelolaan, dan peserta didik sendiri. Apa yang kita siapkan dalam pendidikan berupa sarana dan prasarana,  biaya dan kurikulum, hanya akan berarti jika di beriarti oleh guru Dalam educational leadership (maret ,1993) , Ronald Brandt menyatakkan”,  Hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan seperti pembaruan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru, akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa mereka mengusai bahan pelajaran dalam strategi belajar mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-sungguh guna mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya peningkata mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal”.

INTELEGENSI

INTELEGENSI (KECERDASAN)

I.            PENDAHULUAAN       
Perkataan inteligensi (kecerdasaan) berasal dari kata intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan  satu sama lain. Menurut Stern, inteligensi ialah menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuan. Disini terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri (adjustment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang inteligensinya tinggi (orang cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah baru yang dihadapinya, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.