Kamis, 21 April 2011

ORIENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. ORIENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Yang dimaksud dengan orientasi disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan. Menurut Prayitno, 2004 ada tiga orientasi yaitu :
1.      Orientasi perorangan
Orientasi perorangan maksudnya adalah guru pembimbing dalam kegiatan bimbingan dan konseling selalu menitikberatkan pandangannya pada siswa secara individual. Satu persatu siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing perlu mendapat perhatian, dikenali secara perorangan dan didekati serta dilayani secara perorangan. Guru pembimbinglah orang atau pendidik disekolah yang paling mengetahui siapa, bagaimana, mengapa siswa asuhnya secara perorangan guru pembimbinglah yang paling dekat dan paling peduli kepada siswa asuhnya.
Sehubungan dengan orientasi dalam pimbingan dan konseling ada beberapa kaidah  atau ketentuan yang perlu diketahui, prayitno (1994) mengemukakan sebagai berikut :
a. semua kegiatan yang di selenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b.Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi dan potensinya itu kearah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individu.
d.      Merupakan tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien secepat mungkin.
2.      Orientasi perkembangan
   perkembangan individu merupakan konsep inti serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Ivey dan Rigazio-digilio (dalam prayitno 1994 : 240)menekankan bahwa orientasi perkembangan merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan.
Merupakan suatu kewajiban bagi guru pembimbing di sekolah untuk mendorong, meransang dan meningkatkan perkembangan siswa, meransang dan hendaknya peduli terhadap perkembangan siswa yang optimal secara peroranganlah yang menjadi tujuan upaya guru pembimbing untuk semua siswa asuhnya.



3.      Orientasi permaslahan
      Diketahui dan diyakini bahwa perjalanan hidup manusia dan proses perkembangannya ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling sejalan dengan tujuan  hidup dan perkembangan itu sendiri yaitu kebahagian. Hambatan dan rintngan dalam perjalan hidup  pastilah akan menganggu tercapainya kebahagian itu. Oleh sebab itu kemungkinan timbulnya hambatan dan rintangan perlu diwaspadai.
      Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan.
      Sehubungan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah maka guru pembimbing sebagai orang yang bertanggung jawab dalam perkembangan siswa memperhatikan permasalahan siswa asuhnya secara perorangan terutama yang sedang dialami siswa. Jika siswa bermasalah, guru pembimbing bertanggung jawab membantu pengentasannya. Jika ia tidak bermasalah, guru pembimbing tetap waspada melakukan berbagai upaya pencegahan agar siswa tersebut tidak mengalami masalah. Guru pembimbing teramat peduli terhadap permasahan seluruh siswa asuhnya secara perorangan. Semua masalah yang di alami oleh siswa secara peroramgan tertangani secara baik oleh guru pembimbing. Guru pembimbingan adalah “sang pembebas” bagi setiap siswa asuhnya : orang yang paling terpercaya dan yang paling diharapkan untuk memberikan “pencerahan” manakala siswa mengalami keadaan suram. Gurupembimbing adalah tumpuan harapan, mana kala siswa menalami kebuntuan, kegoncangan atauppun keputusasaan.

B. RUANG LINGKUP KERJA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

                     Pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai ruang lingkup lerja yang cukup luas tidak hanya diselenggarakan disekolah saja tetapi menjangkau diluar sekolah di berbagai lembaga dan berbagai bidang kehidupan, sebagaimana dikemukakan Prayitno (1991) bahwa: ruang lingkup kerja konselor meliputi daerah yang amat luas, menjangkau disegenap jalur da jenjang pendidikan, segenap sektor kehidupan dan pekerjaan, serta segenap perkembangan tahap individu.

1.                  pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
            Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk  menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus. Mortesen dan scmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas pelayanan yang saling terkait.




Oval: Administrasi & Supervisi                                      



PENGAJARAN


  Bimbingan & 
Pelayanan Lainnya                        BIDANG Adm & supervisi

                                            TUJUAN                    TUJUAN PERKEMBANGAN

                                                        OPT
Bidang pengajaran                                                                                     OPTIMAL SETIAP SISWA
                                                        SES
                                                                               SESUAI DENGAN BAKAT                                                           
                                                      KEM
                                                                                                     KEMAMPUAN MINAT
Bidang pemberian
bantuan






     


      Berdasarkan gambar di atas dapat kita perhatikan bahwa di dalam lembaga pendidikan formal dan terdapat tiga bidang/komponen yaitu :
a. Bidang administrasi dan supervisi
            Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masah administrasi dan kepemimpinan serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan administrasi sekolah seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, pembagian tugas staf, perlengkapan, prasana, dan sarana fisik dan pengawasan. Pada umumnya bidang ini merupakan tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.
b.bidang pengajaran
            bidang ini meliputi semua bentuk pengebangan kurikulum dan pelaksanaan  pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap yang bertujuan untuk memberikan bekal pada siswa. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf pengajaran.
c. bidang pembinaan kesiswaan
            bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan agar siswa memperoleh kesejahteraan dalam proses pendidikan yang sedang di tempuhnya sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang di harapkan.




      Bidang ini terasa penting sekali, sebab proses belajar hanya akan berhasil dengan baik apabila para siswa berada dalam suasana sejahtera, sehat, bidang ini di kenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
      Suatu kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut. Ketiga bidang itu memberikan arah yang sama, yaitu perkembangan yang optiomal agi semua peserta didik. Antara bidang yang sata dengan bidang yang lain terdapat hubungan yang saling isi mengisi. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya proses belajar mengajar akan berjalan efektif apabila siswa terbebas dari masah-masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masalah siswa itu di lakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individuulistis siswa.
      Demikian juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti, misalnya dalam kaaitan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benr-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa. Sebaliknya bidang pengajaran dapat memberikan sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasana akan memberikan sumbangan yang besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan merupakan wahana bagi pengentasan masalah siswa seperti pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran.
      Selanjutnya biaya administrasi juga memberikan sumbangan yang besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling yaitu melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya itu secara optimal.


2. pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah
            Permasalah yang dialami individu tidak haya terjadi terjadi di lingkungan sekolah saja melainkan juga di luar sekolah. Permasalah itu dapat juga muncul di lingkungan keluarga dan masyarakat secara luas. Oleh sebab itu bimbingan dan konseling  melalui berbagai layanannya dapat terjadi di keluarga maupun dalam masyarakat secara luas, membantu orang-orang dari berbagai umur dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian konselor akan berada di mana-mana seperti di lembaga pemasyarakatan, rumah jompo dan yatim piatu, rumah sakit umum, di lingkungan perusahaan, industri, kantor (baik pemerintah maupun swasta) dalam lingkungan keluarga dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling yang cukup luas ini maka dituntut konselor yang profesional yang dapat bekerja sama dengan berbagai pihak seperti dengan tokoh masyarakat, sebagaimana yang dikemumukan oleh prayitno (1994) sebagai berikut :
“dalam melaksanaan fungsi-fungsi profesionalnya itu konselor bekerja di sekolah dan di luar sekolah, di lembaga formal dan non formal , di desa-desa maupun di kota-kota. Konselor bekerja sama dengan keluarga dan tokoh masyarakat, dengan kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal dan non formal, konselor di masa depan bekerja semua bidang kehidupan”


C.    PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING

                        Bimbingan dan konseling merupakan suatu bentukan, atau keterpaduan yang mengintegrasikan sejumlah elemen yaitu pelayanan, isi pendidikan , kaidah psikologi dan warna sosiobudaya. (prayitno : 2002) keempat elemen-elemen itu menjadi satu kesatuan. Apabila satu di antara empat elemen tidak ada maka bentukan/keterpaduan itu menjadi timpang dan tidak mempunyai bentuk. Oleh sebab itu, keempat elemen itu (pelayanan, isi pendidikan, kaidah psikologi dan warna sosiobudaya) terpadu yang membentuk pola atau model dasar bangunan bimbingan dan konseling yang di sebut paradigma bimbingan dan konseling. Prayitno (2002) mengemukakan paradigma bimbingan dan konseling sebagai pelayanan psiko pendidikan dalam bingkai sosiobudaya :

1. Pelayanan
            Kegitan BK merupakan suatu bentuk pelayanan yang bersifat kemanusiaan, dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia dan dalam suasana kemanusiaan.
            Suatu pelayanan terkandung di dalamnya manfaat atau keuntungan dari pelayanan itu, terutama bagi pengguna pelayanan. Kegunaan, manfaat, keuntungan ataupun jasa dari berfungsinya layanan itu. Dengan demikian suatu pelayanan tidak berfungsi apabila pelayan itu tidak dapat menunjukan atau membuktikan kegunaan, manfaat atau keuntungan tertentu.
            Secara umum tiap-tiap pelayanan itu memiliki kekhasan tertentu sesuai daya manfaat yang diberikan dari pelayanan itu sendiri, pelayanan kesehatan misalnya (yang diberikan oleh dokter) berguna dan memberikan manfaat bagi para pasien untuk memproleh informasi tentang kesehatan, layanan pemeriksaan dan pengobatan agar penyakit tersembuhkan.
            Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang memberikan kegunaan, keuntungan atau manfaat dari kegiatan itu sendiri. Apa manfaat layanan BK bagi pengguna ? hal ini telah dikemukakan dalam fungsi-fungsi BK.

2. Pendidikan sebagai inti/isi pelayanan BK
            Seperti yang telah diketahui bahwa inti pendidikan adalah belajar dan pembelajaran seperti yang tercantum pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 1 tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :

“pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
      Pada dasarnya pelayanan BK adalah proses pendidikan yang didalamnya  berisi kegiatan belajar bagi kliennya seperti yang dikemukakan Gistod ( dalam prayitno, 2004 : 184) sebagai berikut :
“bimbingan dan konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar..., belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri belajar untuk mengembangkan dan menerapkan secara efektif berbagai pemahaman......”.

      Lebih jauh Nugent (dalam prayitno, 2004) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari keterampilan dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikp-sikap baru. Dengan belajar itulah klien memproleh berbagai hal yang baru bagi dirinya dan memproleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
      Di samping proses belajar, kegiatan BK itu bersifa normatif artinya pelayanan BK harus didasarkan pada norma yang berlaku, baik isinya, prosesnya, tekniknya, maupun istrumentasi yang digunakan. Pelayanan yang tidak normatif  bukanlah pelayanan BK.

3. Kaidah-kaidah psikologi
            Psikologi adalah kajian tentang tingkah laku. Sedangkan bidang garapan BK adalah tingkah laku yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau di kembangkan.
            Untuk keperluan BK seorang konselor perlu menguasai sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi.
            Dalam pelayanan BK kaidah-kaidah psikologimerupakan alat untuk memahami dinamika tingkah laku klien, latar belakang dan perkembangannya. Oleh karena itu pskologi merupakan alat bagi suksesnya kegiatan BK mempersyaratkan penerapan kaidah-kaidah psikologi.


4. Aspek-aspek sosial budaya
               Salah satu dari dimensi kemanusiaan adalah dimensi kesosialan. Sebagai mahluk sosial manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri. Dimanapun dan bilamanapun manusia itu harus hidup dalam kondisi bermasyarakat dengan kondisi budaya tertentu.
            Diketahui bahwa sasaran kegiatan pelayanan BK adalah individuyang hidup dalam budaya yang berbeda adat kebiasaan tidak sama antara satu daerah dengan daerah lain. Oleh sebab itu penanganan masalah individu dalam BK seyogianya memperrtimbangkan aspek-aspek sosial budaya yang melekat pada diri individu yang dilayani.


D.    VISI DAN MISI BIMBINGAN DAN KONSELING

         Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu profesi yang menunjang tinggi kemuliaan, harkat dan martabat manusia dan menempatkan pelayanan yang berkualitas dan penuh makna bagi sasaran layanan yaitu klien.
Guru pembimbing (konselor sekolah) sebagai tenaga fungsional pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus benar-benar mengetahui dan memahami kemana arah dari pekerjaan yang mereka geluti, untuk apa pelayanan itu dilaksanakan dan bagaimana pelayanan BK itu dilaksanakan. Oleh sebab itu, para guru pembimbing harus mengetahui visi BK.
Prayitno (2002) mengemukakan bahwa visi BK mengacu kepada pandangan optimistik tentang manusia yang mengarah pada kehidupan cerdas dan bahagia. Layanan BK diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.
Dalam panduan pengembangan diri (2006 : 4 ) mencantumkan secara jelas  visi BK (pelayanan konseling) sebagai berikut :
“visi pelayanan konseling adalah mewujudkan kehidupan kemanusian yang membahagiakan melalui tersedianya bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia”

            Untuk mewujudkan cita-cita atau keinginan dari profesi BK itu perlu usaha. Dari visi menjadi misi. Misi itu apa ? secara sederhana misi itu adalah sesuatu yang dipikul untuk mewujudkan visi. Tentang pengertian misi prayitno (2002) menekankan pada kesadaran tentang tanggung jawab yang terpikulkan pada pundak para pelaksana. Khususnya di sekolah misi BK adalah “pelaksanaan BK pola 17 plus”. Dalam panduan pengembangan diri (2006 : 4-5) dicantumkan misi BK sebagai berikutnya :

1.      Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2.      Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/masyarakat.
3.      Misi pengentasan masalah yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

      Misi tersebut diselenggarakan oleh tenaga fungsional bidang BK yaitu guru pembimbing di sekolah atau konselor di masyarakat luas.






2 komentar: